Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Bogor Mungkin Terlibat Dugaan Suap

Kompas.com - 17/04/2013, 17:22 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bupati Bogor Rachmat Yasin diduga terkait dengan pengurusan izin pengelolaan lahan di Kecamatan Tanjung Sari, Bogor, Jawa Barat. Selaku Bupati, Yasin dinilai berwenang menerbitkan izin pengelolaan lahan seluas 100 hektar, yang rencananya akan dibangun menjadi taman pemakaman mewah tersebut.

"Bupati itu sendiri sekarang kalau tidak salah sedang umrah, tapi memang menarik adalah yang mempunyai otoritas mengeluarkan izin tersebut adalah kepala daerah," kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto, Rabu (17/4/2013), di Jakarta.

KPK kini tengah menelusuri pengurusan izin pengelolaan lahan di Tanjung Sari tersebut. Lembaga antikorupsi itu menangkap tangan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Iyus Djuher, staf Pemerintah Kabupaten Bogor bernama Usep, Direktur PT Gerindo Perkasa bernama Sentot, serta enam orang lain.

KPK menduga mereka yang tertangkap tangan ini terlibat serah terima uang terkait dengan pengurusan izin pengelolaan lahan di Tanjung Sari. Bersamaan dengan penangkapan ini, KPK menyita barang bukti berupa uang sekitar Rp 800 juta dalam tas besar.

"Sekarang kita konsentrasi di kasus OTT (operasi tangkap tangan) ini karena kita punya waktu 1 x 24 jam. Tadi pagi sudah dilakukan pemanggilan dan mengambil orang yang diduga sebagai salah satu penyelenggara negara," ujar Bambang.

Bambang mengatakan, penyidik KPK telah menggeledah sejumlah tempat yang dicurigai berkaitan dengan pokok perkara, termasuk di ruangan orang-orang yang diduga terlibat dan memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin pengelolaan lahan tersebut. Salah satu tempat yang digeledah KPK adalah ruangan Bupati Bogor di kantor Pemkab Bogor. KPK juga menggeledah kantor Ketua DPRD Iyus Djuher dan rumah Iyus di Ciomas, Jawa Barat.

Berita terkait dapat dilihat pada topik:
KPK Tangkap Tangan di Sentul

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

    Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

    Nasional
    Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

    Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

    Nasional
    Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

    Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

    Nasional
    Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

    Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

    Nasional
    Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

    Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

    Nasional
    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

    Nasional
    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

    Nasional
    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com