Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disita, Aset Djoko Tak Semua untuk Bayar Kerugian Negara

Kompas.com - 28/03/2013, 20:27 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyita sekitar 40-an aset milik mantan Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo. Dia adalah tersangka kasus dugaan korupsi proyek simulator di Korlantas Polri dan dugaan tindak pidana pencucian uang. Dari total nilai aset yang sudah disita sekitar Rp 60-70 miliar, tidak seluruhnya akan menjadi jaminan pembayaran uang pengganti kerugian negara bila nanti perkaranya terbukti di pengadilan.

"Kita tunggu hasil persidangan nanti. Berapa besarnya uang pengganti yang harus dibayar oleh Djoko tergantung dari keputusan majelis hakim yang sudah inkracht," kata Juru Bicara KPK Johan Budi, Kamis (28/3/2013). Dia mengatakan, ada dua jenis aset yang disita dari Djoko, yaitu berupa harta bergerak dan harta tidak bergerak.

Untuk barang bergerak, sebagian kini berada di kantor KPK dan sebagian lagi dititipkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan). "Semua aset selama disita akan dijaga oleh KPK dan tidak akan hilang," ujar Johan.

Bila nanti Djoko divonis bersalah dan harus membayar kerugian negara, aset yang disita dapat dilelang untuk menutup kerugian negara dari korupsi yang diperbuatnya. "Untuk aset berupa uang, akan langsung kita serahkan kepada negara begitu vonis inkracht. Tetapi, untuk aset berupa barang tidak bergerak, kami akan bekerja sama terlebih dahulu dengan pihak apraisal (penaksir) sebelum melelang barang tersebut," ujarnya.

Seperti diketahui, sejumlah aset milik Djoko telah disita oleh penyidik KPK. Pada 14 Februari 2013, KPK menyita enam rumah Djoko yang ada di Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Berikutnya, pada 20 Februari 2013, KPK kembali menyita empat rumah Djoko di Jakarta dan Depok. Menyusul, pada 26 Februari 2013, KPK menyita tanah dan bangunan di Bogor.

Berikutnya, pada 11 Maret 2011, KPK menyita tiga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Ciawi, dan Semarang. Sehari berikutnya, giliran empat mobil Djoko yang disita. Pada 15 Maret 2013, KPK menyita enam bus pariwisata dan rumah Djoko di Tabanan, Bali. Terakhir, pada 18 Maret 2013, KPK menyita tanah dan bangunan seluas 20-25 hektar di Subang, Jawa Barat.

Informasi dari KPK menyebutkan masih ada aset milik Djoko di Madiun, Jawa Timur, yang diincar KPK. Madiun merupakan kota kelahiran Djoko dan tempat tinggal keluarga besarnya. Aset di Madiun itu terdiri dari Sertifikat Hak Milik (SHM) 3248 di Kelurahan Kanigoro dengan luas 4.268 meter persegi, SHM 3249 di kelurahan yang sama dengan luas 4.262 meter persegi, SHM 962 di Kelurahan Kanigoro dengan luas 1.090 meter persegi.

Setelah itu, dua rumah di Kanigoro yang dibeli atas nama dua saudara Djoko. Selain itu, ada SHM 1529 di Kelurahan Oro-oro Ombo atas nama Joko Susilo, dan SHM 1955 di Kelurahan Kanigoro atas nama anak Djoko, Popy Pemialya. Selain menyita aset Djoko, KPK memblokir sejumlah rekening milik mantan Gubernur Akademi Kepolisian tersebut. Namun, Johan belum dapat memastikan berapa nilai rekening Djoko yang diblokir.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Dugaan Korupsi Korlantas Polri

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    Nasional
    PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

    PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

    Nasional
    Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

    Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

    Nasional
    Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

    Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

    Nasional
    Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

    Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com