Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Pertobatan Dinodai Lumuran Darah ...

Kompas.com - 26/03/2013, 09:25 WIB

”Griya winaya janma miwarga laksa dharmmesti, rumah untuk pendidikan manusia yang salah agar patuh pada hukum dan berbuat baik....

KOMPAS.com - Semboyan dalam bahasa Sanskerta ini tertera di salah satu ruang Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II B Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peristiwa pada Sabtu (23/3/2013) dini hari mengoyak semboyan itu!

Di LP seluas 10.640 meter persegi ini, narapidana dan tahanan diajak untuk kembali bertobat dengan menata hidup, mematuhi hukum, dan berbuat kebaikan.

Namun, pada Sabtu dini hari lalu, harapan penghuni LP Cebongan untuk bisa menata hidup, mematuhi hukum, dan berbuat baik seketika buyar. Mereka tersentak ketika segerombolan orang bersenjata tiba-tiba masuk dan menembak mati keempat tahanan di sel 5A Blok Anggrek. Dengan keji, gerombolan memberondongkan peluru ke tubuh empat tahanan itu, di depan 31 tahanan seruangan mereka.

Para korban adalah Yohanes Yuan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Angel Sahetapy. Semuanya adalah tahanan kasus pembunuhan anggota TNI AD Sersan Satu Santoso. Salah satu di antaranya, Juan, sebelumnya dipecat dari Polrestabes Yogyakarta karena kasus narkoba.

Gerombolan tersebut juga melukai delapan sipir LP. Sejumlah petugas ditendang, diinjak, dan dihantam popor senapan.

Supratikno, sipir di pintu utama, saat penyerangan ditodong senjata laras panjang dan dihantam popor senapan di bagian mata kanannya hingga lebam. ”Mata saya dipukul menggunakan popor senapan. Mereka juga sempat melemparkan granat ke arah kami saat kami tak mau membuka pintu lapas,” ujarnya.

Kepala LP Kelas II B Cebongan, Sleman, Sukamto Harto, Senin (25/3/2013), mengatakan, saat kejadian, jumlah petugas LP hanya delapan orang ditambah dua petugas tambahan. Mereka tak berkutik saat gerombolan bersenjata laras panjang berjumlah 15-20 orang datang.

Meski hanya berlangsung sekitar 15 menit, penembakan keji ini menyisakan trauma luar biasa bagi para tahanan serta petugas sipir. Mereka tak mengira gedung LP berpengamanan ketat dengan lima lapis pintu ini dibobol sekelompok orang.

Pasca-kejadian, 31 tahanan yang berada dalam satu ruangan bersama keempat tahanan yang tewas langsung dipindahkan ke ruang tahanan lain. Jadwal besuk pada Sabtu dan Minggu (24/3/2013) ditiadakan.

Petugas sipir yang terluka diliburkan sampai Rabu (27/3/2013). Mereka perlu istirahat dan memenangkan diri karena kerja di LP membutuhkan konsentrasi tinggi.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta Rusdianto mengatakan, pasca-penembakan, para tahanan, narapidana, dan sipir mengalami trauma. Guna memulihkan trauma, mereka mendapat pendampingan dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Selama ini tenang

Dalam kurun 10 tahun terakhir sejak diresmikan 16 April 2003, suasana Lembaga Pemasyarakatan Cebongan tenang-tenang saja. Bahkan, belum pernah ada kasus tahanan atau narapidana yang kabur.

Sukamto mengungkapkan, satu peristiwa khusus yang pernah terjadi hanyalah pengungsian 400 narapidana dan tahanan pada saat Gunung Merapi erupsi tahun 2010. Demi keselamatan penghuni LP, mereka kemudian dipindahkan ke LP lain di Kota Yogyakarta, Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo.

”Selain peristiwa ini, tak ada lagi kasus serius. Karena itu, kami sangat kaget dengan peristiwa penembakan kemarin,” ujar Sukamto.

Sebelum penembakan, Sukamto sempat khawatir setelah membaca surat dan dokumen keempat tahanan titipan Polda DI Yogyakarta. Dikhawatirkan, keberadaan empat tahanan kasus pembunuhan seorang anggota TNI AD ini bisa menyulut aksi balas dendam, seperti kasus di Sumatera Selatan saat puluhan anggota TNI menyerang markas polres.

”Ada perasaan yang beda ketika kami menerima empat tahanan tersebut. Pertama karena kasus ini agak sensitif dan kedua menarik perhatian masyarakat banyak. Pihak Polda DI Yogyakarta sendiri tidak memberikan perhatian-perhatian khusus atau catatan khusus terhadap empat tahanan ini. Mereka hanya mengatakan bahwa rumah tahanan Polda DI Yogyakarta sedang direhab,” ungkapnya.

Meski diselimuti kekhawatiran, empat tahanan titipan itu akhirnya diterima, Jumat (22/3) pukul 11.00. Namun, selang 13,5 jam kemudian, sekelompok orang menyerang LP Cebongan dan menewaskan empat tahanan tersebut.

Dari sisi kapasitas, jumlah tahanan dan narapidana di LP ini sebenarnya sudah tak seimbang. Idealnya, LP ini hanya dihuni 162 orang. Namun, saat kejadian penembakan, jumlahnya mencapai 361 orang.

Koordinator Masyarakat Yogyakarta Anti Kekerasan (Makaryo) Tri Wahyu Kus Hardiyatmo mengatakan, peristiwa penembakan di dalam ruang tahanan LP Cebongan ini sebagai preseden buruk di Indonesia—negara yang diklaim sebagai negara hukum. Orang-orang yang siap menjalani proses hukum justru dihabisi di rumah pertobatan. (AB KURNIAWAN)

Baca juga:
Indonesia dalam Keadaan Bahaya
Kata Presiden, Negara Tidak Boleh Kalah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Nasional
    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Nasional
    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Nasional
    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Nasional
    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Nasional
    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Nasional
    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Nasional
    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Nasional
    9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

    9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

    Nasional
    KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

    KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

    Nasional
    BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

    BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

    Nasional
    BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

    BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

    Nasional
    PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

    PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

    Nasional
    KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

    KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

    Nasional
    BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

    BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com