Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertarungan Bakal Panas Sejak Penetapan Aturan Main

Kompas.com - 15/03/2013, 09:19 WIB
Sidik Pramono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pertarungan perebutan jabatan ketua umum dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat akhir Maret nanti akan dimulai sejak perumusan aturan main, termasuk menyangkut kriteria calon. Pola faksionalisasi justru semakin terlihat, dalam membangun kerangka soal aturan main tersebut.

Pengajar ilmu politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, AAGN Ari Dwipayana, menyebutkan, pertarungan mulai terlihat ketika kubu Cikeas atau yang berpatron sepenuhnya kepada Susilo Bambang Yudhoyono menyorongkan kemungkinan calon dari luar, yang dianggap lebih netral dari faksionalisme. Kubu ini juga menginginkan ada seleksi kandidat ketua umum sebelum KLB, dengan alasan menghindari pasar bebas.

Di sisi lain, faksi yang menyokong Marzuki Alie yang kini Ketua DPR jelas menginginkan calon dari internal dan tidak setuju dengan cara aklamasi.

"Kubu Cikeas jelas membuat frame yang membatasi kubu Marzuki Alie, dengan cara membangun opini bahwa ketua umum tidak bisa merangkap jabatan. Ini jelas menjadi pilihan yang sulit bagi Marzuki," sebut Ari, Kamis (14/3/2013).

Pertentangan wacana itu, memperlihatkan kesiapan antarfaksi untuk bertarung bebas dalam KLB nanti. Menurut Ari, cara yang paling rasional yang akan dilakukan adalah mencoba membangun semacam political agreement antarfaksi, mengenai kesepakatan minimal yang bisa dibuat sebagai aturan main dalam KLB. Tanpa kesepakatan minimal tersebut, KLB bisa berjalan sangat panas dan menjadi panggung terbuka, dalam membahas aturan main pemilihan ketua umum.

"Dengan political agreement antarfaksi, KLB mungkin lebih mudah dikendalikan tidak sebagai bola liar. Namun, jelas ini menjadi kesulitan bagi kubu Cikeas yang lemah dalam membangun jaringan ke bawah," papar Ari.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda AR, menilai KLB hanya akan menjadi ajang peneguhan kontrol Susilo Bambang Yudhoyono pada partai itu. Sejak awal, Yudhoyono yang Ketua Dewan Pembina dan Majelis Tinggi, menginginkan hanya satu figur sentral dan ketua umum terpilih tetap merupakan satelit-politik baginya.

"Dalam sejarah Partai Demokrat, (Ketua Umum) Subur Budhisantoso dan Hadi Utomo merupakan ketua umum yang hanya menjadi 'satelit politik' bagi SBY yang bersifat administrator dan penerjemah kebijakan-kebijakan politik SBY. Hasil Kongres Bandung yang dimenangi Anas Urbaningrum, awal dari adanya matahari kembar di Partai Demokrat," papar Hanta.

Dengan penjabat ketua umum hanya bakal diposisikan sebagai "administrator" partai dan satelit politik bagi Yudhoyono, KLB nanti pun tidak akan optimal. Kalaupun ada pengganti Anas Urbaningrum yang telah menyatakan berhenti sebagai ketua umum, figur tersebut tetap harus direstui dan bahkan disiapkan oleh Yudhoyono.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com