JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Golkar menyatakan keheranannya dengan pernyataan sejumlah kader muda Partai Demokrat yang menyatakan partai itu hendak mempersiapkan diri untuk menjegal pencalonan Aburizal Bakrie atau Ical menjadi calon presiden. Kader muda Demokrat itu pun diminta tidak ikut campur urusan partai politik (parpol) lain.
"Kami Partai Golkar merasa heran dengan pernyataan itu. Karena tidak ada hak di negara mana pun yang bisa mencegah atau menjegal seseorang menjadi presiden. Mari menjaga demokrasi dengan baik," ujar Wakil Sekjen Partai Golkar Leo Nababan saat dihubungi, Rabu (27/2/2013).
Leo mengatakan, Golkar yang mencalonkan Ical adalah urusan partainya. Pencalonan Ical pun dianggap sudah final. "Jangan mencampuri. Urusin parpol sendiri. Saya menyayangkan pernyataan Rachlan (Demokrat)," kata Leo.
Ia pun mengimbau agar Partai Demokrat tidak panik lantaran kini partai itu kini tengah dilanda prahara. "Boleh saja khawatir tapi jangan mencegah calon lain. Mari menjunjung tinggi demokrasi," tukas Leo.
Sebelumnya, tokoh muda Partai Demokrat Rachlan Nashidik menilai mundurnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat telah membenamkan rencana kelompok aktivis di Partai Demokrat untuk menghadapi pengusungan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2014. Padahal, Demokrat sedang berupaya mencari capres-cawapres yang mampu mengadang Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.
"Perspektif saya, tugas utama Demokrat adalah mencegah Prabowo Subianto dan Ical (Aburizal Bakrie) menjadi presiden," kata Sekretaris Departemen Pemajuan dan Perlindungan HAM Rachlan Nashidik saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Nashidik mengatakan, Demokrat harus membayar mahal atas yang dilakukan Anas selama memimpin partai maupun setelah lengser sebagai ketua umum. Anas, kata Nashidik, telah mengorbankan kader-kader yang mempunyai idealisme maupun kader yang menggantungkan karier di politik.
Nashidik menyoroti secara khusus dampak dari tindakan Anas yang membuat peluang Demokrat lebih kecil mempuyai untuk menandingi partai lain di Pemilihan Presiden 2014. Padahal, kata dia, dugaan korupsi yang dilakukan Anas tidak terkait dengan partai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.