Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Disalip Gerindra, Mubarok Cuek

Kompas.com - 19/02/2013, 15:15 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok santai menanggapi hasil survei Lembaga Survei Jakarta (LSJ) yang menempatkan elektabilitas Partai Demokrat di urutan keempat dengan angka 6,9 persen. Mubarok tak percaya atas survei itu.

"Biarin aja. Setiap hari ada survei, tidak perlu ditanggapilah. Kami percaya tidak semua survei mengatakan begitu," kata Mubarok ketika dihubungi, Selasa (19/2/2013).

Mubarok menilai hasil survei itu tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pasalnya, kata dia, responden yang diambil hanya 1.225 orang. Mubarok memperkirakan, ke depannya akan banyak rilis survei yang menyebut elektabilitas Demokrat semakin anjlok.

"Besok juga bakal ada yang ngomong (elektabilitas Demokrat) tiga koma, dua koma," ucapnya.

Mubarok menambahkan, pihaknya tetap optimistis elektabilitas partainya akan merangkak naik setelah Majelis Tinggi Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan dalam penyelamatan partai. Berdasarkan pembahasan di Rapat Pimpinan Nasional hari Minggu lalu, pihaknya menargetkan pemulihan partai selama enam bulan ke depan. "Kalau enam bulan nanti kita baru bisa lihat," pungkas dia.

Seperti diberitakan, survei LSJ menyebutkan, elektabilitas Partai Golkar menempati urutan teratas dengan 18,5 persen, disusul PDI Perjuangan 16,5 persen, Partai Gerindra 10,3 persen, lalu Demokrat.

Di bawah Demokrat, yakni Partai Hanura dengan 5,8 persen dan Partai Nasdem 4,5 persen, Partai Keadilan Sejahtera 2,6 persen, Partai Amanat Nasional 2,5 persen, Partai Persatuan Pembangunan 2,4 persen, dan posisi terakhir ditempati oleh Partai Kebangkitan Bangsa sebesar 1,8 persen.

Sebelumnya, SBY masih merasa masa depan Demokrat tetap cerah lantaran tengah dilakukan perbaikan internal. "Saya yakin masa depan Demokrat tetap cerah dan memberi peluang yang baik," kata SBY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

    Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

    Nasional
    KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

    KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

    Nasional
    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    Nasional
    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Nasional
    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    Nasional
    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Nasional
    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Nasional
    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Nasional
    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Nasional
    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Nasional
    Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Nasional
    Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

    Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Nasional
    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Nasional
    Nasib Pilkada

    Nasib Pilkada

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com