Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas Masih Kuat, Ibas Mundur

Kompas.com - 15/02/2013, 02:47 WIB

Jakarta, Kompas - Partai Demokrat terus bergejolak. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dinilai masih kuat. Namun, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) malah mundur dari keanggotaan di Dewan Perwakilan Rakyat. Ibas ingin fokus membantu penyelamatan partai dan tak ingin jadi beban fraksi.

Meski kewenangan Anas diambil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dukungan kepada Anas di daerah dinilai masih kuat. Menurut Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra, faksi di Demokrat yang tidak menyukai Anas diperkirakan tidak akan berani menggelar kongres luar biasa (KLB) untuk menurunkan Anas. ”Mereka yang ingin menggusur Anas tahu kalau KLB, mereka pasti kalah,” katanya.

Jalan satu-satunya untuk menurunkan Anas, kata Azyumardi, adalah menunggu penetapan status tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, padahal prosesnya masih berlarut-larut. ”Makin berlarut-larut proses hukumnya, makin buruk dampaknya bagi internal Demokrat,” ujarnya.

Dinamika internal Partai Demokrat terus bergerak saat Ibas mundur dari DPR. Surat pengunduran diri Ibas disampaikan kepada Ketua DPR Marzuki Alie, Kamis. ”Secara resmi saya mengundurkan diri dari keanggotaan saya sebagai anggota DPR,” kata Ibas saat jumpa pers di ruang Fraksi Partai Demokrat di Lantai 9 Gedung Nusantara I Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ibas mundur karena ingin berkonsentrasi untuk menjalankan tugas sebagai Sekjen Partai Demokrat. Menurut dia, tugas partai akan menyita banyak waktu, pikiran, dan energi sehingga ia khawatir tidak dapat menjalankan tugas di DPR dengan baik. ”Saya tidak mau memberikan beban dan persoalan kepada Fraksi Partai Demokrat,” tuturnya.

Anggota Komisi I DPR itu mengaku tengah menghadapi berbagai persoalan berat, terutama terkait tugas penyelamatan partai yang kini elektabilitasnya merosot. Sebagai sekretaris jenderal, ia juga harus turut bertanggung jawab dan membantu Ketua Majelis Tinggi Yudhoyono dalam melakukan upaya penyelamatan partai. Ia juga tengah mengurus anaknya yang sakit.

Yudhoyono mendukung langkah Ibas. ”Saya menghormati keputusan Ibas dan secara bulat keluarga mendukung keputusan pengunduran diri dari DPR,” katanya di halaman depan Kantor Presiden. Sebagai ayah, ia merasa bangga karena Ibas bertanggung jawab dan sekaligus meminta maaf atas insiden absensi dalam rangkaian sidang paripurna di DPR beberapa hari lalu.

Menurut Yudhoyono, Ibas berkonsultasi mengenai rencana pengunduran dirinya dengan semua anggota keluarga hingga larut malam. ”Saya, istri, Agus (Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung), dan Ibas dengan tenang serta rasional membahas apa yang dihadapi keluarga saya, bukan hanya Ibas,” paparnya.

Pengamat politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan, keputusan Ibas itu merupakan langkah yang tepat. ”Saya yakin SBY berperan dalam keputusan Ibas mundur itu. Pasti SBY telah memarahi anaknya,” ujar Andrinof.

Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf mengaku kehilangan atas pengunduran diri Ibas. Pasalnya, Ibas tergolong rajin dan memiliki pemikiran yang maju terkait dengan bidang tugasnya di Komisi I. Fraksi tetap menyiapkan pengganti Ibas.

Namun, pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Burhanuddin Muhtadi, berpendapat, pengunduran diri Ibas bukan jaminan bagi suksesnya penyelamatan Partai Demokrat. ”Ibas hanya mengembalikan citra Demokrat untuk sesaat saja,” katanya.

Ketua umum dan sekjen partai idealnya tidak menjadi anggota DPR. Dua orang itulah yang paling bertanggung jawab terhadap partai sehingga harus meluangkan waktu 24 jam untuk partai.

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang menanggapi positif pengunduran diri Ibas. ”Kalau melihat alasan yang disampaikan Ibas yang menyebabkan dia mundur, ini baik untuk menjadi pelajaran bagi anggota DPR yang lain, apalagi jika dia punya jabatan strategis di partai. Memang sulit melaksanakan tugas sebagai anggota DPR sekaligus pengurus partai, itu mustahil. Jadi memang harus memilih supaya bisa berkonsentrasi penuh pada tanggung jawabnya,” katanya.

Pengunduran diri seperti Ibas dinilai positif jika memang dilakukan atas kesadaran diri dan bukan tekanan publik. ”SBY juga harus tetap berkonsentrasi pada pemerintahan, Ibas sebagai sekjen harus membantu ayahnya untuk mengurus Partai Demokrat,” kata Sebastian.

Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, dan peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, secara terpisah juga melihat pengunduran diri Ibas sebagai bentuk tanggung jawab moral yang bagus untuk pendidikan politik. Langkah itu semestinya ditiru anggota Dewan lain yang memang tidak mampu memenuhi tugasnya.

Ibas disorot antara lain soal absensi. Setelah menandatangani buku kehadiran, ia justru pergi dan tidak mengikuti sidang di DPR. Ini memicu kritik pedas dari publik karena putra kedua presiden dianggap tidak memberikan contoh baik sebagai anggota DPR.

Namun, kata Herdi, pengunduran diri itu juga bisa dibaca sebagai sinyal, mungkin saja Ibas dipersiapkan jadi Ketua Umum Partai Demokrat. ”Bagaimanapun Ibas bisa menjadi kepanjangan tangan Yudhoyono yang ingin tetap mengendalikan partai,” katanya.

Rumor lain muncul nama Pramono Edhie Wibowo yang kini Kepala Staf TNI AD. Namun, Azyumardi mengatakan, putusan nama itu tidak tepat. Pasalnya, Pramono merupakan orang luar yang tak memiliki ikatan historis dengan Demokrat. Andrinof Chaniago malah memperkirakan Pramono akan menggantikan Yudhoyono sebagai Ketua Majelis Tinggi atau Ketua Dewan Pembina.

Mengenai kemunduran Ibas, Anas Urbaningrum bilang, semua itu untuk membangun partai yang berintegritas. ”Jika dia (Ibas) sudah menimbang dengan matang, saya dukung keputusan sekjen. Apalagi dengan niat untuk berkonsentrasi menjalankan tugas-tugas organisasi,” ujarnya. Menurut Anas, pengunduran diri Ibas akan membuat konsolidasi partai semakin akseleratif.

Kemarin, Anas bersama pimpinan DPP menandatangani pakta integritas di Kantor DPP Demokrat, Graha Kramat, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Anas memang tak hadir di rumah Yudhoyono di Puri Cikeas, Minggu (10/2), karena sakit. ”Sakit itu boleh, manusiawi,” ujarnya.

Anas yakin semua kader akan meneken pakta integritas. Menurut dia, proses yang sama akan berjalan di DPD dan DPC. Penandatanganan ini akan menjadi gerakan nasional bagi kader Demokrat di seluruh tingkatan. ”Ini merupakan penegasan komitmen, idealisme, dan etika partai yang harus dipegang teguh sebagai sikap politik,” ujarnya.(NTA/LOK/IAM/ATO/K11/K02/ONG/MHF/NIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com