Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK, Anda Mau "Nyalon" atau Tidak?

Kompas.com - 15/01/2013, 08:54 WIB
Joseph Osdar

Penulis

KOMPAS.com — Rabu (9/11/2012) dan Kamis (10/11/2012), mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla berada di Singapura. Sebelum meninggalkan negeri itu, sebagai pembicara utama, ia menyampaikan uraian lepas teks berjudul "Southeast Asia in 2013 and Beyond: Its Global Role and Challenge" dalam pertemuan yang diselenggarakan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS). Bahasa Inggrisnya sefasih apabila ia berbicara dalam bahasa Indonesia atau Bugis.

Sebelum tampil di panggung, Jusuf Kalla (JK) diperkenalkan sebagai Wakil Presiden RI 2004-2009, tokoh di belakang keputusan berani dan strategis yang membuat Indonesia lepas dari krisis ekonomi global tahun 2007.

"Ia terkenal karena punya pendekatan di luar teks buku dan dia adalah arsitek dari penyelesaian berbagai konflik di Indonesia, termasuk di Aceh, Poso, dan Ambon. Baru- baru ini, ia ikut membantu usaha untuk menciptakan perdamaian di selatan Thailand dan Rakhine, Myanmar," ujar moderator pertemuan yang disambut tepuk tangan hadirin di Hotel Shangri-La.

Dalam acara tanya jawab, seorang penanya dari Kuala Lumpur menanyakan hubungan Kuala Lumpur-Jakarta akhir-akhir ini yang sering diperciki sejumlah pertentangan.

"Selain dilihat beberapa perbedaan, perlu pula dilihat banyaknya persamaan antara Indonesia-Malaysia yang sebagian penduduknya masih satu rumpun," ujar JK.

Ada pula seorang hadirin yang mengharapkan agar presiden Indonesia mendatang bukan orang yang "terlalu nasionalis", yaitu orang yang hanya mementingkan Indonesia tanpa ada toleran dengan negara-negara tetangganya.

Pertanyaan serupa disampaikan tiga wartawan Singapura tentang pemilihan presiden Indonesia tahun 2014. ”Kemungkinan Anda menjadi pemenang pemilihan presiden nanti bagaimana?” tanya seorang wartawan setempat.

"Saya tidak mengejar kekuasaan atau kursi presiden. Saya lebih memikirkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Memang saya tidak menafikan bahwa jabatan presiden adalah jabatan penting untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa," ujar JK.

Seorang wartawati berkulit hitam manis langsung memotong, "Anda ingin jadi presiden atau tidak?"

"Persoalannya bukan ingin atau tidak, tetapi masih melihat hasil pemilihan anggota legislatif dahulu nanti," ujar JK.

Setelah bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong di istana perdana menteri, JK bersama mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaluddin dan pengusaha Sofjan Wanandi pulang ke Indonesia. (J Osdar)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com