Demokrasi Terpimpin tidak demokratis karena membungkam kebebasan politik dan pers. Pada masa tangan besi ini, Bung Karno mulai membubarkan partai dan memberedel koran.
Ironisnya, beberapa puluh tahun kemudian, dua pemimpin Asia Tenggara meniru Demokrasi Terpimpin dalam bentuk agak lain: PM Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Singapura Lee Kuan Yew. Lihat sekarang hasilnya!
Tidak mudah bagi Prabowo melicinkan jalan memimpin Indonesia karena, suka atau tidak, masih ada berbagai kalangan yang ragu terhadap dia. Bahkan, tidak sedikit pula yang coba menjegal dia.
Pencapresan 2014 lebih seru dibandingkan empat tahun lalu karena untuk pertama kalinya sejak 2004 tak ada capres petahana. Namun, proses itu semestinya bisa berlangsung konstruktif.
Cara kuliah umum yang dilakukan SSS bisa dijadikan contoh menarik. Berbicaralah blakblakan langsung kepada publik melalui media massa.
Prabowo sudah ngomong blakblakan selama dua jam, tinggal menunggu giliran yang lain-lain. Semoga melalui metode ini muncul segelintir capres yang mau bersikap sedikit profetik.
Semoga mereka merasa terpanggil menjalankan misi untuk kemaslahatan rakyat. Mereka menjadi capres bukan lagi karena ingin meraih kekuasaan, privilese, atau kekayaan, tetapi demi mempertahankan moralitas, etika, dan adiluhung.
Ciri profetik yang kita harapkan dari mereka adalah, pertama, capres yang selama 2014-2019 bertekat membasmi korupsi sampai ke akar-akarnya. Kedua, tetap memperjuangkan dan mempertahankan keberagaman.
Ketiga, memerangi kemiskinan yang makin menggerogoti. Keempat, mempertahankan demokrasi—walau kita sudah lelah berdemokrasi.