Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Elektabilitas Ical Sulit Didongkrak

Kompas.com - 14/12/2012, 20:55 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Sugeng Soerjadi Syndicate, Toto Sugiarto, menilai bahwa musibah lumpur Lapindo menjadi batu ganjalan bagi pencalonan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical sebagai presiden dalam pemilihan umum 2014. Toto berpendapat bahwa pemilih dari kalangan menengah atas melihat Ical tidak layak memimpin karena skandal itu.

Hal tersebut disampaikan oleh Toto, menanggapi surat Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung yang meminta Ical meningkatkan elektabilitasnya. "Kalangan menengah ke atas yang membaca, well informed, dapat melihat kapabilitas Ical. Menurut mereka, orang yang telah menelantarkan banyak orang itu tidak layak untuk menjadi pemimpin," kata Toto di kantor Badan Pengawas Pemilu, Jakarta, Jumat (14/12/2012).

Toto memaparkan, percuma Akbar Tandjung meminta Ical meningkatkan elektabilitasnya sebab, menurutnya, elektabilitas Ical sulit diangkat. Toto berpendapat bahwa Ical akan sulit menerobos papan atas persaingan capres, termasuk tak dapat bersaing dengan kader Golkar, Jusuf Kalla atau JK. "Saya kira angka yang diraih Ical sudah terukur. Kalau komposisi capres seperti sekarang, dia tidak akan menang," ujarnya.

Ia menambahkan, selain skandal lumpur Lapindo, Ical juga terjerat isu pajak. Hal itu membuat elektabilitas Ical sulit merangsek ke papan atas. Menurut Toto, beban skandal yang menjerat Ical terlalu banyak. Kengototan Ical untuk maju hanyalah ambisi pribadi.

"Dia (Ical) sudah pernah jadi Menko. Saya kira ambisi tertingginya itu (Presiden). Jadi sah-sah saja dan jangan lupa, dia ketua partai terbesar. Dia sangat mungkin untuk maju dalam arena capres. Namun, sampai sekarang memang JK lebih populer dari Ical," katanya.

Sebelumnya, Akbar Tandjung mengirimkan surat kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar yang intinya meminta agar elektabilitas Ical sebagai capres partai tersebut segera ditingkatkan. Surat itu pun langsung diterima oleh Ical.

Hal itu dibenarkan oleh Ketua DPP Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu, Ade Komarudin saat dijumpai di kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jumat (14/12/2012). Ade membantah bahwa surat itu merupakan ultimatum Akbar kepada Ical karena tingkat elektabilitasnya yang dinilai masih rendah dalam bursa calon presiden 2014.

"Ya, saya sudah tahu soal surat itu. Memang ada surat dari Wantim (Dewan Pertimbangan) ke DPP diterima langsung Pak Ketua Umum. Bukan ultimatum, hanya memberikan saran supaya meningkatkan elektabilitas," kata Ade.

Ia menjelaskan, surat dari Akbar hanya memberikan saran dan tidak bisa mengubah keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang menetapkan Ical sebagai capres Golkar. Surat dari Akbar itu masih belum dibahas secara resmi oleh DPP Golkar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    Nasional
    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com