Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanura Ajak Fraksi Lain Loloskan HMP

Kompas.com - 24/11/2012, 14:09 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Tim Pengawas Bank Century dari Fraksi Partai Hanura Akbar Faisal menyatakan, fraksinya tetap akan meneruskan opsi hak menyatakan pendapat (HMP) lantaran beranggapan Wakil Presiden Boediono bertanggung jawab atas pencairan dana talangan Bank Century senilai Rp 6,7 triliun. Akbar pun mengajak fraksi lainnya untuk meloloskan wacana HMP ini.

"Wacana HMP ini bukan tidak mungkin, tapi mungkin. Saya butuh komitmen teman-teman di DPR. Saya ingin mengajak teman-teman fraksi lain untuk melihat kenyataan ini," ujar Akbar, Sabtu (24/11/2012), pada diskusi politik di Jakarta.

Akbar menjelaskan, fraksinya melihat bahwa Boediono harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu saat menjabat sebagai gubernur BI. Pasalnya, mantan Gubernur BI Anwar Nasution menyatakan Bank Century tidak perlu disuntik dana pemerintah. Pasalnya, Bank Century merupakan bank kecil yang memiliki aset Rp 1 miliar.

"Kami juga memiliki percapakan tanggal 22 November 2008, rapat yang dihadiri Sri Mulyani Indrawati dan Boediono. Ketika itu, Sri Mulyani bilang, loh kenapa jadi membengkak begini? Kita bisa pingsan, mati berdiri. Boediono saat itu bilang, kalau ada apa-apa, nanti kita yang tanggung jawab," ucap Akbar menceritakan isi rekaman percakapan rapat soal keputusan mencairkan dana talangan Century.

Selain itu, Akbar juga mengaku memiliki bukti memo Boediono yang diterima Siti Fajriyah, mantan Deputi Pengawasan Bank Indonesia yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Siti Fajriyah awalnya menolak, tapi setelah menerima memo dari Boediono, akhirnya dia menyetujui," ucap Akbar.

"Saya minta kepada teman-teman DPR, kalau bisa yang satu ini, kita selesaikan karena menyangkut legitimasi kekuasaan. Abraham Samad (Ketua KPK) sudah katakan diserahkan ke DPR, Boediono harus siap kehilangan jabatan jika MK mengabulkan. Tetapi, kalau tidak, berarti nama baik Boediono bisa dipulihkan," katanya lagi.

Sejumlah fraksi yang menyatakan menolak wacana hak menyatakan pendapat adalah PAN, PDI-Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain Hanura, fraksi yang mendukung penggunaan hak tersebut adalah Golkar. Sementara itu, PKS mengaku belum memutuskan sikap.

Baca juga:
Pemakzulan Boediono, Mungkinkah?
Politisasi Century Berakhir Antiklimaks di Senayan?
Lima Bola Liar Skandal Century

Berita terkait perkembangan penanganan kasus Bank Century dapat diikuti dalam topik:
Apa Kabar Kasus Century?

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com