Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi Naik Haji

Kompas.com - 16/11/2012, 08:44 WIB

KOMPAS.com — Ada yang menarik dari pelaksanaan haji tahun ini. Saat pemberangkatan Kelompok Terbang 83 JKS, Embarkasi Jawa Barat, 18 Oktober lalu, di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, sebagian besar jemaah mengenakan identitas khusus. Selain mengenakan seragam batik haji Indonesia, di leher mereka juga melingkar syal pertanda anggota kelompok tertentu. Hanya segelintir jemaah yang tanpa syal, yang kemudian menamakan kelompoknya ”Almandiri”.

Jemaah yang mengenakan syal itu merupakan anggota kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) tertentu. Nama KBIH-nya beragam. Salah satunya, yang menjadi ”cantelan” bagi delapan jemaah haji mandiri (tidak menjadi anggota KBIH mana pun), anggota Rombongan 5 Kloter 83 JKS, bernama Almuchtar. Itulah sebabnya jemaah haji mandiri menamakan kelompoknya Almandiri.

Delapan dari 45 anggota Rombongan 5 Kloter 83 JKS itu, termasuk jemaah haji mandiri yang tergabung dalam Kloter 83 JKS, pada awal pemberangkatan ke Tanah Suci mendapat perlakuan berbeda. Jemaah haji mandiri diwajibkan berkumpul di Islamic Center Bekasi sebelum masuk ke Asrama Haji Bekasi di Kota Bekasi, Jawa Barat, pukul 03.00. Adapun jemaah haji yang tergabung dalam KBIH bisa langsung masuk ke asrama haji bersama kelompoknya pukul 04.00.

Ketika bersiap-siap mengenakan pakaian ihram di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Arab Saudi, 19 Oktober 2012, salah seorang jemaah haji mandiri ada yang ”diusir” oleh anggota KBIH lain yang juga tergabung dalam Kloter 83 JKS. ”Bu, tempat ini untuk kelompok kami,” kata seorang jemaah sebagaimana dituturkan Ny Sunarsih. ”Kita, kan, bebas nunggu di mana saja, ya, Bu?” lanjut Ny Sunarsih, jemaah haji mandiri yang pagi itu sedang menunggu suaminya di salah satu ruang tunggu yang terbuka untuk umum, kepada Kompas.

Mendengar cerita itu, jemaah haji mandiri lainnya pun langsung menyambar. ”Sebelum ini, teman saya memang menyarankan untuk bergabung dengan salah satu KBIH yang ikut haji tahun ini. Menurut dia, kalau enggak bergabung, kita suka diperlakukan seperti anak tiri,” cerita Ny Alfiah.

”Iya, teman saya juga bilang begitu. Pemerintah boleh-boleh saja bilang di Tanah Suci enggak ada KBIH-KBIH-an, tetapi faktanya sering kali begini. Mereka yang tergabung dalam KBIH suka bertindak seperti itu, merasa lebih berhak dari jemaah haji mandiri,” kata Ny Ismi Martin, anggota Kloter 83 JKS.

Keluhan serupa disampaikan salah seorang jemaah haji asal Lampung. ”Biasa, Bu,” katanya saat ditemui Kompas di Mina, akhir Oktober lalu. Ia mengakui adanya perlakuan berbeda terhadap jemaah haji mandiri.

Bahkan, salah seorang jemaah haji asal Banjar, yang juga tergabung dalam Kloter 83 JKS, mengaku dimintai bayaran ketika ingin bergabung dengan salah satu KBIH di kloter yang sama saat akan melontar jumrah di Jamarat. ”Saya disuruh bayar 25 (riyal),” kata jemaah yang tak mau disebutkan namanya itu.

Biaya bimbingan

Sejumlah jemaah yang ditemui Kompas mengaku, untuk bergabung dengan KBIH, mereka harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar. ”Saya harus bayar Rp 1,8 juta per orang,” kata Ny Dasrifah, asal Tegal, Jawa Tengah. ”Saya bayar Rp 1,7 juta per orang,” kata anggota KBIH lain yang juga dari Tegal.

Untuk KBIH Almuchtar, tarif yang berlaku bagi jemaahnya beragam, tergantung pada jenis kesertaan bimbingan ibadah haji. Ringkasnya, mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta per orang. ”Itu sudah termasuk untuk seragam, mukena atau kain ihram, serta tas,” papar Ny Tatang yang mengaku ditawari pihak Kementerian Agama Bekasi Kota untuk bergabung dengan KBIH Almuchtar.

Pemilik KBIH Almuchtar, yang juga Ketua Rombongan 5 Kloter 83 JKS, mengatakan, biaya bimbingan ibadah haji itu tidak selalu membuat pihaknya menangguk untung. Sebab, sebagai pembimbing dan pendamping jemaah di Tanah Suci, ia harus mengeluarkan uang untuk berangkat ke Tanah Suci. ”Minimal harus ada 30 jemaah yang didampingi agar biaya keberangkatan haji tidak nombok,” ujarnya.

Almuchtar, sebagaimana sejumlah KBIH yang hadir di Tanah Suci tahun ini, juga menawarkan katering bagi jemaahnya, khususnya selama tinggal di Mekkah sekitar 25 hari. Para jemaah umumnya menerima tawaran itu. ”Soalnya enggak enak kalau nolak,” demikian komentar sejumlah jemaah. Padahal, mereka sering menggerutu karena rasa masakan yang tidak sesuai atau kehadiran ransum yang lewat waktu.

”Makanannya macam-macam sih, tapi saya enggak terlalu cocok tuh. Kadang daging supnya baunya enggak enak. Daging unta kali, ya,” cerita Ny Dasrifah yang memiliki usaha warteg di kawasan Kota, Jakarta Utara.

Bisnis

Bisa dibilang, KBIH sudah mengarah ke bisnis. Untuk mendapatkan jemaah sebanyak-banyaknya, para pengelola KBIH berupaya membuat sejumlah program yang menarik minat masyarakat, khususnya calon jemaah haji. Mereka tak hanya menjanjikan pendampingan jemaah, tetapi juga menawarkan paket wisata di Tanah Suci serta umrah ”murah” berkali-kali. (Fandri Yuniarti)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

    Nasional
    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

    Nasional
    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com