Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan, Audit BPK Bukan Hanya soal Gas

Kompas.com - 13/11/2012, 13:04 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Temuan inefisiensi di PT Perusahaan Listrik Negara senilai Rp 37 triliun berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan bukan hanya terkait tidak terpenuhinya bahan bakar gas untuk pembangkit listrik. Laporan tersebut memuat banyak masalah. Bahkan, ada indikasi tindak pidana korupsi.

Hal itu dikatakan anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Achmad Riyaldi, saat rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (13/11/2012).

Hadir dalam rapat mantan Direktur Utama PT PLN Dahlan Iskan, Menteri ESDM Jero Wacik, Kepala BP Migas R Priyono, jajaran Direksi PT PLN, PT Pertamina, dan PT PGN. Mereka dimintai klarifikasi terkait hasil audit BPK bahwa ada inefisiensi sekitar Rp 37 triliun di PLN dalam periode 2009-2010.

Achmad menanggapi penjelasan Dahlan yang menganggap masalah dalam temuan BPK hanya terkait suplai gas. Dahlan menyebut kebutuhan gas untuk delapan unit pembangkit listrik tidak terpenuhi sehingga harus diganti dengan solar. Total pengeluaran untuk pengadaan solar di tahun 2009, kata Menteri BUMN itu, mencapai Rp 17,9 triliun, dan tahun 2010 Rp 19,7 triliun.

Menurut Dahlan, dalam audit BPK hanya ada satu rekomendasi untuk PLN, yakni mempercepat pembangunan FSRU dan CNG di Bali. Menurut dia, tidak ada indikasi penyimpangan dalam temuan BPK.

Achmad memberi contoh, dalam audit BPK, ada pemasok batubara yang tidak siap menyuplai batubara ke PLTU 10.000 megawatt. Ada pula suplai batubara yang spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan pembangkit. Bahkan, ada temuan tiga pemasok batubara pemenang lelang tidak menyuplai batubara.

Penjelasan BPK, kontrak dengan tiga pemasok batubara itu sudah dibatalkan. Namun, kata dia, jaminan kontrak sudah dicairkan dan diterima oleh pengusaha, bukan PLN. "Saya tanya ke Pak Hasan Bisri (Wakil Ketua BPK), apakah temuan itu merupakan potensial loss atau sudah loss? Beliau katakan sudah ada kerugian keuangan negara dan sudah ada indikasi korupsi. Itu jawabannya. Kok hanya seperti itu jawabannya, dan hanya soal gas?," kata Achmad.

Dalam rapat itu, beberapa anggota Dewan menanyakan apakah Dahlan sudah membaca seluruh hasil audit BPK. Dahlan mengaku tidak membaca rincian hasil audit, hanya membaca kesimpulan.

Anggota Komisi VII DPR, Dewi Aryani, menilai Dahlan tak serius menyikapi temuan BPK. Pasalnya, dalam audit BPK itu, kata dia, rekomendasi untuk PLN bukan hanya satu, melainkan ada 52 rekomendasi. "Kelihatan tidak ada niat baik serius baca audit BPK," kata dia.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Dahlan Iskan Versus DPR

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

    Nasional
    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    Nasional
    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    BrandzView
    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Nasional
    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Nasional
    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com