Jakarta, Kompas -
Demikian diungkapkan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius saat berkunjung bersama Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar ke Redaksi Kompas di Jakarta, Kamis (1/11).
”Kami terus memfasilitasi berbagai pertemuan agar segera terwujud perdamaian. Sampai sekarang komunikasi masih terus berjalan. Sebab, jika itu terjadi (penolakan perdamaian), bisa merupakan preseden buruk,” kata Suhardi.
Pertikaian itu melibatkan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, dan Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji. Desa-desa di sekitarnya turut terimbas, seperti Patok dan Sidoreno.
Suhardi mengatakan, selain menjaga stabilitas keamanan di desa-desa tersebut, Polri juga terus membuka ruang komunikasi dan membangun perdamaian.
Jero Gede Bawati (59), tetua masyarakat Desa Balinuraga, menyesalkan masalah kecil yang kemudian menyulut kerusuhan. ”Pemerintah harus bisa mengambil keputusan yang adil bagi dua pihak yang bertikai,” ujarnya.
Bawati yang tinggal di Balinuraga sejak tahun 1963 menambahkan, warga di desa-desa tersebut sebetulnya pernah hidup berdampingan. ”Di awal masa transmigrasi di Balinuraga, antarwarga saling bantu. Keharmonisan itu harus bisa dikembalikan,” ujarnya.
Kemarin, warga yang mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling, Bandar Lampung, kesulitan air bersih. Jika kondisi ini terus berlangsung, dikhawatirkan mereka terjangkit diare.
Para pengungsi ditampung di empat aula. Setiap aula dihuni sekitar 400 orang. Terdapat 20 kamar mandi yang tak memadai untuk mereka.