Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu, Survei Alternatif untuk Capres 2014

Kompas.com - 22/10/2012, 23:41 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua tahun menjelang Pemilu 2014, terus dirilis sejumlah hasil survei tentang calon presiden dan wakil presiden.

Namun, sebagian besar survei itu cenderung mengutamakan popularitas dan elektabilitas, sehingga memunculkan nama-nama yang itu-itu saja.

"Untuk menjaring calon pemimpin nasional lebih luas, diperlukan survei alternatif. Survei itu diharapkan tak hanya terpaku pada faktor popularitas dan elektabilitas, melainkan mau serius mengungkap karakteristik pemimpin ideal, masalah bangsa, dan tokoh-tokoh yang dianggap mampu mengatasinya," kata pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ari Dwipayana, di Jakarta, Senin (22/10/2012).

Beberapa hasil survei belakangan ini menggambarkan, calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu 2014 masih didominasi para elite partai politik lama. Sebut saja, di antaranya, Megawati Soekarno Putri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Prabowo Subiyanto (Partai Gerindra), Aburizal Bakrie (Partai Golkar) , atau Hatta Rajasa (PAN).

Ari Dwipayana menilai, survei yang mengandalkan faktor popularitas (keterkenalan) dan elektabilitas (keterpilihan) cenderung berkutat pada nama-nama lama, termasuk yang pernah maju dalam pemilu sebelumnya.

Hasil survei semacam itu seolah menggambarkan, tidak ada alternatif selain tokoh-tokoh tersebut. Ini akan mempengaruhi masyarakat pemilih, bahkan bisa menjadi bagian dari kampanye bagi sosok-sosok yang memperoleh peringkat tinggi.

"Kemunculan nama-nama itu juga bisa memengaruhi para donator untuk menyokong dana bagi capres dan cawapres Pemilu 2014. Padahal, sebenarnya masih ada stok tokoh lain, meski belum banyak disebut di panggung politik nasional," katanya.

Untuk itu, lanjur Ari Dwipayanan, lembaga survei hendaknya tidak terpaku pada faktor popularitas dan elektabilitas saja, melainkan mau sungguh-sungguh membantu mencari sosok pemimpin nasional bangsa Indonesia ke depan.

Pertanyaan survei bisa ditambah dengan kriteria pemimpin ideal, masalah-masalah besar bangsa, dan siapa tokoh-tokoh yang dianggap mampu mengatasinya.

"Survei semacam itu mendorong masyarakat menjadi kritis karena mengajak mereka mencari dan memikirkan nama-nama lain di luar yang sudah banyak beredar," kata Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com