Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deradikalisasi Kaum Muda

Kompas.com - 06/09/2012, 08:54 WIB
Oleh Hasibullah Satrawi

Kaum muda sejatinya pemangku masa depan bangsa ini. Sungguh petaka yang tak terbayangkan bila kaum muda suatu bangsa justru terjangkit pelbagai penyakit yang dapat merongrong keutuhan bangsa itu sendiri, seperti radikalisme dan terlebih lagi terorisme.

Inilah kurang lebih yang sekarang melanda negeri ini. Pelbagai hasil penelitian di kalangan anak muda dan siswa yang dilakukan oleh beberapa lembaga melukiskan ”awan gelap nan pekat” bagi bangsa ini untuk beberapa tahun ke depan. Sejumlah hasil penelitian yang ada menunjukkan, sebagian dari kaum muda sekarang mulai terjangkiti radikalisme bahkan terorisme.

Aksi terorisme paling anyar di Solo dalam beberapa hari terakhir semakin mengungkap jelas ancaman terorisme dan radikalisme di kalangan anak muda. Dari tiga nama yang dilansir pihak kepolisian dan diduga terlibat dalam aksi terorisme di Solo, mereka baru berumur belasan hingga 20-an tahun.

Radikalisasi

Pada akhir 2011, penulis menulis di koran ini berjudul ”Radikalisasi Tunas Muda” (Kompas, 31 Desember 2011). Dalam tulisan tersebut, penulis menyampaikan hasil pemetaan sederhana setelah mengisi materi Islam Rahmatan Lil ’Alamin (visi kerahmatan Islam) dalam acara pesantren kilat di Bogor. Dari acara yang diadakan Ditjen Pendidikan Islam Kemenag untuk para aktivis kerohanian Islam (rohis) se-Indonesia itu, secara umum mereka dapat dikatakan sangat berpotensi radikal. Bahkan bisa dipastikan, ada 2 sampai 3 orang dari setiap kelas (satu kelas 50 orang) yang sudah positif terjangkiti ideologi radikal.

Setidaknya ini bisa dilihat dari penggunaan yel-yel ketuhanan yang tak pada tempatnya, semangat kembali kepada Al Quran dan sunah yang menggebu tanpa tahu jalan yang harus ditempuh menuju dua kitab suci itu. Mereka juga cenderung sinis terhadap sejumlah budaya Muslim Nusantara, seperti ziarah kubur, tawasul, dan kemajemukan.

Hasil penelitian LaKIP tentang radikalisme di kalangan siswa dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek bisa dijadikan contoh lain dari ancaman radikalisme di kalangan anak muda. Sebanyak 50 persen siswa yang disurvei pada Oktober 2010-Januari 2011 itu menyatakan setuju dengan penggunaan kekerasan demi agama.

Hasil penelitian Sidney Jones (penasihat senior International Crisis Group/ICG) menyajikan fakta yang jauh lebih memilukan. Dalam diskusi di Gedung Dewan Perwakilan Daerah diungkapkan, aksi-aksi teror belakangan dilakukan oleh kelompok jihad terpencar dan kecil. Bahkan, kelompok kecil sekarang menjadi tren di kalangan kelompok jihad. Kelompok ini anggotanya hanya sekitar 10 anak SMA. Mereka mengebom markas polisi, gereja, dan masjid pada akhir 2010.

Deradikalisasi

Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi kenyataan pahit sebagaimana tergambar dari hasil sejumlah penelitian di atas? Apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan kaum muda dan masa depan bangsa ini dari ancaman radikalisme ataupun terorisme yang semakin menyata?

Jawabnya tak lain adalah mengampanyekan kepada seluruh lapisan masyarakat tentang Islam rahmat yang bervisi perdamaian sebagai bentuk nyata deradikalisasi, khususnya di kalangan kaum muda. Dengan kata lain, ajaran Islam yang membawa visi perdamaian dan kerahmatan universal harus dijadikan diskursus utama keagamaan publik.

Di luar itu, kesalahan-kesalahan kaum radikal, khususnya para teroris, dalam memahami dan mengamalkan sejumlah ajaran Islam harus ditunjukkan kepada khalayak luas. Sebutlah seperti kesalahan para teroris yang hanya memaknai jihad dengan peperangan (al-qital), menganggap aparat keamanan dan pemerintah sebagai thoghut (personifikasi kejahatan), menganggap bom bunuh diri (al-istimat) sebagai mati syahid (al-istisyhad), melakukan pencegahan kemungkaran dengan cara-cara yang mungkar, dan seterusnya.

Dalam buku Al-Adhwa’ ’ala Ma Waqa’a fil Jihad min Akhtha` (Kesalahan dalam Memahami dan Mengamalkan Jihad), para ulama sepuh Jamaah Islamiyah Mesir, seperti Syeikh Najih Ibrahim dan kawan-kawan, yang sudah bertobat dari cara-cara kekerasan dalam berdakwah menegaskan, jihad yang sering dipahami dan diamalkan secara salah oleh kelompok teroris hanyalah sarana (wasilah). Adapun tujuannya tak lain adalah dakwah.

Di kalangan anak muda, kampanye gagasan-gagasan damai sebagai bentuk deradikalisasi butuh pendekatan khusus. Sejauh ini, ada beberapa pihak yang mulai peduli dengan kampanye antikekerasan di kalangan anak muda dengan aneka macam pendekatan, seperti buku-buku komik yang diterbitkan oleh Lazuardi Birru dan pendekatan melalui film yang dilakukan Yayasan Prasasti Perdamaian.

Dalam hemat penulis, kampanye antikekerasan harus terus dilakukan, melibatkan pihak sebanyak mungkin dan menggunakan pendekatan yang bermacam- macam. Hingga pemikiran antikekerasan menyebar merata di kalangan khalayak luas, khususnya di kalangan anak muda.

Hasibullah Satrawi Alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir; Tinggal di Jakarta

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

    Nasional
    PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

    PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

    Nasional
    Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

    Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

    Nasional
    Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

    Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

    Nasional
    Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

    Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com