JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat semakin cerdas dan sadar untuk memilik figur pemimpin yang bersih.
Budaya yang menegasikan partai politik dan calon pemimpin korup mulai tumbuh. Opini publik yang direkayasa tak lagi ampuh memenangkan calon kepala daerah.
Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Benny Susetyo, menyatakan, kesadaran pada hasil yang jauh berbeda dengan survei-survei pada Pilkada DKI.
Di daerah, katanya, fenomena ini terjadi dengan kemenangan calon perseorangan di Pilkada Kupang.
Masyarakat mulai melawan parpol dan calon pemimpin korup, dengan merekayasa opini publik. Survei yang berdasarkan pencitraan tidak serta-merta diiyakan oleh masyarat.
Pemimpin yang lebih memilih bersolek ketimbang menyentuh rakyat semakin banyak yang gagal. Kendati ada kekuatan kapital, rakyat berani memilih berbeda dan menyatakan keinginannya akan pemimpin jujur.
"Meski masih ada pragmatisme, proses pendewasan diri tetap berlangsung," tutur Benny, Rabu (18/7/2012) di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.