Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangku Kosong, "Penyakit" DPR yang Tak Kunjung "Sembuh"

Kompas.com - 05/07/2012, 13:00 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendekati pemilu 2014, "penyakit bangku kosong" di rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat semakin sering terlihat. Pembukaan rapat paripurna pun terus saja molor dari waktu yang ditetapkan.

Seperti dalam rapat paripurna, Kamis ( 5/7/2012 ), rapat baru dibuka oleh Wakil Ketua DPR Anis Matta pukul 10.55 WIB. Padahal, rapat seharusnya dibuka pukul 10.00 WIB. Ketika membuka rapat, Anis mengakui bahwa daftar hadir yang ditandatangani anggota belum memenuhi korum. Anis tak menyebut berapa jumlah anggota.

Meski demikian, rapat tetap dilanjutkan. Rapat baru korum setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya. "Sekarang sudah korum, jadi sudah sah," kata Anis sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, Anis tetap tak menyebut berapa jumlah anggota yang menandatangani daftar kehadiran.

Paripurna itu mengagendakan laporan Badan Anggaran DPR mengenai hasil pembicaraan pendahuluan RAPBN 2013, tanggapan pemerintah atas pandangan fraksi terhadap RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN 2011, dan pengambilan keputusan atas RUU usul inisiatif Komisi IX tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri menjadi RUU.

Bukan hanya malas hadir. Anggota Dewan yang hadir pun malas mengikuti paripurna hingga akhir. Rapat baru berlangsung sekitar 15 menit, satu persatu anggota Dewan keluar dari ruang paripurna. Akibatnya, ruang paripurna semakin kosong. Pemandangan itu sudah terjadi di rapat-rapat sebelumnya.

Hal yang sama juga terjadi pada Rapat Paripurna Selasa (3/7/2012). Banyak kursi kosong.  Meski awalnya rapat memenuhi kuorum, banyak anggota DPR yang kemudian meninggalkan ruangan.

Penyakit malas itu tak pernah sembuh lantaran hingga kini tak terealisasi sistem presensi finger print. Dengan presensi tandatangan, anggota Dewan dapat menitip presensi kepada staf ahli atau asisten pribadi.

Padahal, pihak Sekretariat Jenderal DPR pernah berjanji sistem presensi akan terpasang Mei 2012 . Total anggaran yang dibutuhkan diturunkan menjadi sekitar Rp 500 juta dari rencana awal mencapai Rp 4 miliar.

"Sesuai kesepakatan, bulan Mei finger print harus dipasang," kata Kepala Biro Pemeliharaan Pembangunan dan Instalasi Setjen DPR Sumirat ketika dihubungi, Jumat ( 9/3/2012 ).

Kemalasan anggota Dewan melaksanakan tugasnya di DPR berpotensi semakin parah ketika mendekati pemilu lantaran sistem pemilu proporsional terbuka dalam UU Pemilu. Pasalnya, para anggota yang masih ingin menyandang status terhormat memilih lebih banyak berada di daerah pemilihan (dapil) ketimbang di DPR.

"(Pada) 2013 banyak yang tak lagi rapat. Dia harus pilih antara rapat di DPR atau sering turun ke dapil karena dekat pemilu," kata Ketua Pansus RUU Pemilu Arif Wibowo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com