Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doed Joesoef: Jangan Hanya Membangun Ekonomi

Kompas.com - 27/06/2012, 12:47 WIB

”Oleh karena saya meng-up grade pengetahuan mereka (Depkeu) tentang bagaimana menghitung GNP, produk domestik bruto (GDP), dan lain-lain, saya ditawari untuk membeli tanah Depkeu. Kebetulan istri saya (Sri Soelastri) senang bertaman, maka saya beli tanah itu,” kisahnya.

Kemudian, Daoed Joesoef juga membeli sawah petani yang terletak di belakang. Istrinya pernah menanam padi di sana. ”Totalnya saya memiliki 10 sertifikat,” ujarnya.

Tahun 1964, ia dan keluarga pergi ke Paris, Perancis. Ia menempuh pendidikan di Universite Pluridisciplinaires de Paris I, Pantheon-Sorbonne (1964-1972). Sewaktu pergi, tanahnya tidak dipagari karena keterbatasan uang. Ketika kembali ke Tanah Air tahun 1973, tanahnya sudah diduduki orang, termasuk di antaranya oleh militer. ”Saya terpaksa mengeluarkan uang dari tabungan untuk memindahkan orang-orang tersebut. Tahun 1975, urusan itu bisa diselesaikan,” ucapnya. Tahun 1978, ia diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi Mendikbud.

Putrinya, Sri Sulaksmi Damayanti (Yanti), doktor dalam bidang mikrobiologi, menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, 8 tahun lalu, Yanti mengundurkan diri karena menganggap IPB kehilangan idealisme dengan mendukung Badan Hukum Pendidikan, yang memungkinkan universitas mengambil pungutan lebih besar dari mahasiswa.

Yanti bersama rekan-rekannya kemudian membangun sekolah dasar di halaman rumahnya, yang diberi nama SD Kupu-Kupu yang merupakan lanjutan ideal dari TK Kepompong yang letaknya tidak jauh. Dua tahun lalu, tokoh pendidikan Arief Rahman mendatangi Daoed Joesoef untuk meminta izin mendirikan SMP dan SMA Garuda. Daoed Joesoef setuju asalkan administrasinya terpisah dengan SD Kupu-Kupu.

Membaca buku

Daoed Joesoef menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Ia mengemukakan, ”Membaca itu kebutuhan buat saya, dan bukan hobi.”

Kebiasaan itu dibangkitkan ibundanya, yang dipanggilnya ”Emak”. Ibundanya rela memberikan tambahan uang saku untuk meminjam buku di perpustakaan swasta. Soalnya, buku di Balai Pustaka kurang lengkap.

Di malam-malam tertentu, terutama saat bulan purnama, ia diminta untuk menceritakan isi buku yang dibacanya di depan sanak keluarga. Salah satu buku yang dibacanya adalah karangan Jules Verne tentang perjalanan manusia ke Bulan. ”Lucunya saat saya bercerita, seorang paman bertanya, kalau orang belum pernah ke Bulan, bagaimana dia tahu bahwa tempat yang didatanginya adalah Bulan. Pikirannya sederhana, tapi logis,” ceritanya.

”Kata Emak, kalau menceritakan apa yang kamu ketahui kepada orang lain, kamu tidak akan kehilangan apa-apa,” kata Daoed Joesoef. Dan, itu pula yang menjelaskan mengapa Daoed Joesoef senang menulis. Pamannya, Soelaiman, mendesak ibundanya untuk mengikutsertakan putranya dalam kursus mengetik dengan 10 jari.

Uniknya, sampai sekarang ia tetap menggunakan mesin tik. Kalau tidak mendengar suara mesin ketik… tik… tik… tik... seperti hujan rintik-rintik, ide-idenya tidak keluar. Ia mengatakan, ”Cucu selalu menertawakan saya. Dia bilang, saya kuno. Saya jawab, emang saya kuno... he-he-he.”

Kegemaran menulis ini mendekatkan dirinya dengan Mohammad Hatta. Sebagai mahasiswa, ia pernah seperti bersahut-sahutan tulisan dengan Bung Hatta soal moneter. Khususnya tentang rasionale dari keberadaan jaminan emas wajib dan masalah stabilitas moneter yang berkaitan dengan itu.

Tulisan pertama adalah wawancara Bung Hatta yang ditulis di harian Pedoman, 25 Februari 1955. Daoed Joesoef menanggapinya dengan menurunkan artikel di majalah Mimbar Indonesia.

Sebulan kemudian, ia diundang untuk turut serta dalam rombongan Wakil Presiden Hatta meninjau perekonomian di daerah Cirebon, Tegal, dan Pekalongan. Ia dari FE-UI diundang bersama dua mahasiswa lagi, dari Fakultas Pertanian UI Bogor (sekarang IPB) dan FE Universitas Gadjah Mada. Dalam perjalanan itu, Bung Hatta mengajaknya berdebat. Hasilnya, keduanya sepakat untuk tidak sepakat, dan Bung Hatta tidak keberatan dengan itu.

Ia menceritakan, visi besar Bung Hatta lewat ungkapan yang sesekali dilontarkannya. Walaupun Bung Hatta seorang ekonom, ia mengutip ucapan Charles Fourier, seorang sosialis Perancis yang berbunyi, ”Kami mau membangun satu dunia yang di dalamnya semua orang hidup bahagia.”

Bahagia ini, kata Daoed Joesoef, tidak ada dalam kamus ekonomi. Yang ada welfare (sejahtera), yang ukurannya GNP. Sayangnya, ia tidak sempat bertanya kepada Bung Hatta apa ukuran dari bahagia.

Selain menulis, ia juga mengisi waktu luang dengan melukis sketsa. Kemahiran melukis sketsa dimulainya dari sebelum sekolah. Bahkan, ada masa ia hidup dengan menjual sketsa, atau melukis iklan film di bioskop Grand dan panggung pertunjukan Miss Tjitjih. Ia bercerita dengan sangat lancar, dengan bahasa gado-gado, Inggris, Belanda, Perancis, dan Indonesia tentunya.

Dalam soal lukisan ini, semasa merantau di Yogyakarta, saat SMA, ia bertemu Bung Karno, Bung Sjahrir, dan Bung Hatta, yang ditemuinya lagi sewaktu kuliah di FE-UI. Ia amat terkesan dengan pemahaman Sjahrir tentang lukisan. (James Luhulima)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

    Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

    Nasional
    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

    Nasional
    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Nasional
    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Nasional
    Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Nasional
    Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Nasional
    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Nasional
    'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

    "Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

    Nasional
    Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

    Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

    [POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

    Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

    Nasional
    Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

    Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

    Nasional
    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

    Nasional
    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Nasional
    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com