Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Berharap DPR Segera Setujui Anggaran Gedung Baru

Kompas.com - 25/06/2012, 15:58 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jajaran pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi tetap berharap Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui rencana anggaran pembangunan gedung baru KPK. Sejak diajukan pada 2008, rencana pembangunan gedung baru KPK tersebut belum juga disetujui DPR.

"Pimpinan KPK masih mengharapkan bahwa pembintangan anggaran sejak dua tahun lalu bisa segera dicabut bintangnya," kata Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto di Jakarta, Senin (25/6/2012). Di parlemen, rencana pembangunan gedung baru KPK masih ditandai bintang. Artinya, belum disetujui.

Meskipun demikian, KPK berterimakasih atas partisipasi masyarakat yang mulai menggalang dana untuk biaya pembanguan gedung baru KPK. Menurut Bambang, ada sejumlah alasan yang mendasari pimpinan KPK merasa bahwa rencana pembangunan gedung baru tersebut sedianya sudah disetujui DPR.

Pertama, kata Bambang, rencana tersebut telah disetujui pemerintah. "Pemerintah sendiri sudah menyetujui anggarannya," ujarnya. Dinas Pekerjaan Umum, lanjutnya, juga sudah setuju dan memberi rekomendasi luas ideal gedung KPK. Luas ruangan yang ideal untuk gedung KPK, kata Bambang, 27 meter persegi.

Selain itu, kata dia, ada rekomendasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang mengatakan kalau KPK bisa berjalan baik jika menambah personel. Dengan rekomendasi itu, artinya KPK harus menyesuaikan kapasitas gedung sesuai dengan penambahan personel. Menurut Bambang, kapasitas gedung yang sekarang ditempati KPK di Kuningan, Jakarta Selatan, tidak memadai untuk penambahan karyawan.

Meskipun ada sejumlah alasan tersebut, lanjutnya, DPR tetap meminta KPK menggunakan gedung yang sudah ada namun tidak terpakai. Bambang mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan permohonan ke Dirjen Kekayaan Negara untuk menggunakan gedung yang tidak terpakai.

"Namun belum ada respons dan menurut informasi, memang tidak ada gedung yang bisa dimanfaatkan," ujarnya.

Selain itu, Bambang menepis sejumlah alasan DPR yang mendasari penundaan anggaran pembangunan gedung baru KPK tersebut. Menurutnya, jika DPR beralasan efisiensi anggaran, seharusnya pembangunan gedung baru DPR tersebut tidak disetujui pemerintah.

"Tapi pemerintah oke," katanya.

Ditambahkan, beberapa waktu lalu, ada lembaga penegak hukum yang membuat tempat parkir namun disetujui DPR.

Untuk alasan DPR lainnya yang memandang KPK sebagai lembaga ad hoc, atau lembaga sementara, Bambang mengatakan, "Apakah pemberantasan korupsi ini ad hoc sehingga harus lembaga ad hoc?" Permasalahan sesunguhnya yang dihadapi KPK, lanjut Bambang, bukan sekadar gedung melainkan ekistensi KPK ke depannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

    Nasional
    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com