Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor IPB Pernah Ditawari Proyek oleh Nazaruddin

Kompas.com - 15/06/2012, 08:17 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto mengaku pernah ditawari proyek pengadaan alat laboratorium oleh Muhammad Nazaruddin. Sekitar awal 2010, Nazaruddin menemui Herry dan menjanjikan bisa membantu agar proyek pengadaan alat laboratorium itu gol.

Hal tersebut disampaikan kuasa hukum Herry, Nazarudin Lubis, di Jakarta, Kamis (14/6/2012), saat mendampingi kliennya diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Herry diperiksa KPK sebagai saksi untuk Angelina, tersangka kasus dugaan suap penganggaran proyek pengadaan alat laboratorium universitas (Kementerian Pendidikan Nasional) dan proyek wisma atlet SEA Games (Kementerian Pemuda dan Olahraga).

Seusai diperiksa lebih kurang delapan jam, Herry enggan berkomentar. "Jika mau lebih jelasnya, datang saja ke kampus IPB," kata Herry sambil memasuki mobil yang mengantarnya.

Menurut Nazarudin Lubis, sejak sebelum ditawari Nazaruddin, IPB memang berencana mengadakan alat-alat laboratorium. Anggaran yang diajukan Rp 40 miliar. Nazaruddin menawarkan kepada Herry agar proyek tersebut bisa gol. "Nazaruddin datang ke rektor, saat itu belum memperkenalkan sebagai anggota DPR, dia mengundang rapat di luar, menjanjikan bisa membantu pengadaan laboratorium," katanya.

Selanjutnya, Herry ditemui Mindo Rosalina Manulang, anak buah Nazaruddin. Saat menemui Herry, katanya, Rosa memperkenalkan diri sebagai perwakilan perusahaan. "Saya lupa nama perusahaannya," ujar Nazarudin Lubis.

Setelah itu, katanya, Rosa memang sering datang menemui rektor. Namun, menurut Nazarudin, Rektor Herry selalu menolak tawaran Rosa. Herry meminta agar pengadaan proyek dilaksanakan sesuai prosedur Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiknas. "Tidak dilayani sama rektor sehingga dia (Rosa) bilang, 'Ini rektor agak alot nih'," ucap Nazarudin.

Meskipun demikian, Nazarudin Lubis mengatakan, pada akhirnya proyek pengadaan alat laboratorium di IPB itu gol. Sekitar akhir 2010, katanya, turun anggaran sebesar Rp 47 miliar atau lebih besar dari yang semula diajukan.

Nazarudin Lubis menegaskan, Rektor Herry tidak melakukan kecurangan terkait proyek tersebut. Pengadaan proyek itu, katanya, sesuai dengan prosedur di Dikti. "Saya yakin Pak Rektor tidak terlibat, kalaupun ada permainan, di tingkat atas itu," ujar Nazarudin.

Saat ini, menurutnya, proyek pengadaan alat-alat laboratorium itu selesai dikerjakan. Belakangan, kata Nazarudin, baru diketahui kalau perusahaan yang menjadi rekanan proyek masih bagian dari Grup Permai, milik Nazaruddin. "Seperti perusahaan yang cuma dipakai benderanya. Enggak jelas, jadi kalau ada masalah atau kasus, kita telepon, enggak ada," tuturnya.

Saat ditanya peran Angelina dalam pengadaan proyek ini, Nazarudin Lubis mengatakan, Rektor Herry tidak pernah ditemui Angelina. Dia menduga, Angelina bermain di level atas. "Kasus ini seperti ada pembagian tugas. Nazaruddin yang menanam bibit, lalu Rosa yang mengolah, kemudian berbuah, memetik hasil, panen, bagi-bagi ke atas, itu tugas Bu Angie (Angelina)," ucapnya.

IPB termasuk dalam 16 universitas yang dana pembangunan sarana dan prasarananya diduga dikorupsi Angelina. Selaku anggota Badan Anggaran DPR, Angelina diduga menerima pemberian hadiah terkait penganggaran proyek di dua kementerian tersebut. KPK menemukan 16 aliran dana mencurigakan ke Angelina yang nilainya miliaran rupiah.

Nilai total proyek pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sejumlah universitas negeri yang diduga dikorupsi Angelina mencapai Rp 600 miliar. Total nilai tersebut diperoleh KPK dari proyek pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di 16 universitas negeri yang tersebar di seluruh Indonesia tahun anggaran 2010/2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com