Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papua-ku Sayang, Papua-ku Malang...

Kompas.com - 10/06/2012, 12:32 WIB
Maria Natalia

Penulis

"Bagaimana mereka mau menangkap orang, kalau oknum kepolisian dan TNI sendiri ada yang jadi pelaku. TNI dan Polri saling curiga di antara mereka. Kalau ada kasus penembakan, kita sering dengar bisik-bisik di Polri, 'Ini Kopassus yang buat'. Kalau ada kasus, kita dengar bisik-bisik di Kopasuss, 'Itu polisi yang buat'. Jadi, mereka saling adu domba dan curiga," tuturnya.

Muridan mengimbau, sebaiknya aparat keamanan di Papua berkaca diri dengan aksi-aksi yang terjadi di antara mereka. Semua itu tentu demi damai yang benar-benar nyata di Papua.

Masyarakat dan TNI

Sebelum mengurai solusi keamanan di Papua, Muridan mengatakan, masih ada masalah lain yang sebetulnya terjadi di sana. Masalah itu adalah trauma masyarakat Papua terhadap kedatangan satuan aparat TNI di tanah kelahiran mereka itu.

Warga Papua, kata Muridan, tak pernah benar-benar dekat dengan TNI sejak satuan ini melakukan operasi militer pada 1960-an.

"Sikap sewenang-wenang, tindak kekerasan, dan arogansi TNI membuat masyarakat Papua antipati sejak dulu. Citra TNI sudah buruk di mata warga Papua," kata Muridan.

Maka dari itu, Muridan mengaku tidak heran lagi ketika meletus peristiwa pengeroyokan terhadap Pratu Ahmad Ruslan, Rabu (6/6/2012) lalu. Anggota TNI Angkatan Darat Yonif 756 Wamena itu dikeroyok massa setelah sebelumnya tak sengaja menabrak seorang anak kecil, Devi Wanimbo.

Kecelakaan itu memang berujung maut. Saat itu, Devi mengalami luka lecet, sementara Pratu Ahmad ikut terjatuh dari motornya. Sejumlah warga yang menjadi saksi mata tersulut emosi. Massa pun mengeroyok Ahmad.

Nasib anggota TNI itu sungguh tragis. Nyawa Ahmad melayang ketika tusukan pisau massa menghujam dadanya. Rekannya, Pratu Ahmad Saifudin, yang saat itu berniat melerai, ikut terkena amukan massa setempat.

Muridan menyesalkan tindakan main hakim sendiri warga setempat terhadap Pratu Ahmad. Ia menduga, pengeroyokan terjadi karena pelaku kecelakaan itu adalah seorang TNI sehingga warga mudah tersulut. Ada sentimen tersendiri dari warga Papua terhadap TNI. Hal itu lantaran rasa trauma tadi. Trauma masa lalu yang belum hilang hingga kini.

"Masyarakat sudah trauma dari dulu dengan TNI. Dulu, sekitar tahun 1998, sebenarnya sudah agak menurun. Tapi, saat ini terjadi lagi. Operasi militer juga tidak selesai-selesai, masyarakat juga semakin trauma dan benci," ujarnya.

Ketegasan

Setiap tahun selalu ada cerita kekerasan di Papua. Setiap tahun, Papua selalu bergejolak. Muridan mengatakan, kisah berulang ini adalah kesalahan aparat.

"Kekacauan di Papua terjadi karena lembaga-lembaga negara gagal di sana. Mereka tidak berpihak untuk keamanan negara. Mereka hadir dengan kepentingan masing-masing," kata Muridan.

Oleh karena itu, ia dengan tegas menyarankan, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono membenahi sistem keamanan di Papua. Tindakan akan lebih baik dibanding Presiden hanya sekadar mengimbau.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

    Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

    Nasional
    Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

    Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

    Nasional
    Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

    Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

    Nasional
    Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

    Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

    Nasional
    Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

    Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

    Nasional
    Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

    Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

    Nasional
    Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

    Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

    Nasional
    Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

    Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

    Nasional
    Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

    Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

    Nasional
    PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

    PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

    Nasional
    Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

    Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

    Nasional
    Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

    Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

    Nasional
    Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

    Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

    Nasional
    Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

    Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com