Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tunanetra Juga Ingin Tau Visi dan Misi Cagub

Kompas.com - 20/05/2012, 14:48 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Proses Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta telah memasuki pemutakhiran daftar pemilih tetap, sebelum memasuki masa kampanye pada 24 Juni 2012.

Masing-masing pasangan cagub-cawagub akan menyampaikan visi dan misi kepada masyarakat secara resmi.

Istiqomah, Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), berharap para calon gubernur yang bertarung dalam Pilkada Jakarta tahun ini turut mengakomodasi keterbatasan kaum tunanetra sehingga dapat memahami visi dan misi mereka dengan jelas.

"Jadi, gini, kita enggak tahu visi misi mereka apa. Harusnya ada akses sehingga kami bisa tahu visi misi mereka dalam bentuk braille atau apa," ujarnya saat wawancara singkat dengan Kompas.com beberapa waktu lalu di sekertariat Pertuni, Jalan Raya Tanjung Barat No 126 RT 13 RW 04, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pertuni memiliki anggota lebih kurang 900 orang di DKI Jakarta. Sejak proses pilkada mulai ramai diberitakan media masa, kaum penyandang disabilitas, terkhusus tunanetra, sebenarnya memiliki antusias yang besar terhadap proses politik tersebut.

Namun, hingga kini, Istiqomah mengaku belum ada satu pun yang datang dan mencoba menyerap aspirasi mereka. "Paling enggak kita diorangkanlah. Mereka datang menyerap aspirasi kita," ujarnya.

Setiap pesta demokrasi lima tahunan ini diselenggarakan, Istiqomah melanjutkan, dalam komunikasi antara sesama kaum tunanetra, mereka selalu menghadapi permasalahan yang sama dalam proses pemilihan di kotak suara.

"Dulu pernah ada, pendamping diharuskan siapa. Harusnya, kan, paling tidak saudara kita. Terus mana asas Luber-nya," tuturnya.

Berdasarkan pengalamannya, meskipun yang mendampingi di kotak suara adalah anaknya sendiri, ia mengaku tetap mengutamakan kerahasiaan. Namun, hal tersebut dianggap masih berpeluang membuka pintu kecurangan.

Oleh sebab itu, ia berharap agar penyelenggara tetap memperhatikan hal yang kerap dianggap sepele tersebut.

"Yang pernah terjadi sama teman-teman saya gitu, diarahkan untuk mencoblos orang tertentu, kalau bisa ada template," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com