Kelancaran acara ini sebenarnya menjadi impian dari perusahaan yang berencana memesan 12 unit pesawat Sukhoi Superjet 100. Bahkan, ada prediksi pesawat ini akan beroperasi pada Agustus mendatang. Namun, rencana tersebut akhirnya dihentikan sementara.
”Kami belum membicarakan lagi rencana ke depan. Sekarang kami masih dalam kondisi prihatin. Selain itu, belum juga ada hasil penyelidikan kejadian tersebut dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),” ujarnya.
Setelah pesawat hilang dari radar dan komunikasi dengan petugas darat terputus, PT Sky Aviation juga ikut mempersiapkan segala kemungkinan, termasuk membuat crisis center di kantor mereka. Satu pengumuman berisi nomor kontak petugas yang bisa dihubungi untuk menanyakan perkembangan dari kejadian pada Rabu malam itu tertempel di pintu masuk kantor.
Tim disebar mulai dari Bandara Halim Perdanakusuma, lokasi kejadian di Bogor, hingga RS Polri Kramatjati. Informasi dari Basarnas atau KNKT juga terus dipantau. ”Kami akan terus mengurus teman-teman kami (yang hilang). Perkembangan diperbarui dari hari ke hari. Kami juga mendata denah rumah setiap kawan kami,” ujarnya.
Solidaritas untuk membantu keluarga korban juga dilakukan tim psikolog dari Asosiasi
Tim yang beranggotakan 18 psikolog ini membuka posko di Bandara Halim Perdanakusuma dan RS Polri Kramatjati. Tim ini bertugas untuk memberikan pendampingan psikologi bagi keluarga korban.
Koordinator psikolog, Kolonel Widura, mengatakan, di hari-hari pertama, pihaknya mempersiapkan keluarga menghadapi kemungkinan terburuk. ”Kebanyakan masih ada keluarga besar yang bisa mendampingi keluarga inti menghadapi kejadian ini. Support ini juga sangat membantu,” ucapnya.
Posko ini sedianya akan dihentikan mulai Selasa ini. Meski demikian, tim tetap menyediakan jasa konseling dengan bertandang ke keluarga korban yang membutuhkan. Keluarga korban bisa menghubungi psikolog Murty melalui telepon.
Kemungkinan, posko psikologi ini akan diadakan lagi saat penyerahan jenazah kepada keluarga.