Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Turun

Kompas.com - 03/05/2012, 05:39 WIB

Jakarta, Kompas - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia bulan April sebesar 124,63 dollar AS per barrel. Terjadi penurunan 3,51 dollar AS dari harga bulan Maret sebesar 128,14 dollar AS per barrel. Penurunan harga ini membuat kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi tidak akan terjadi.

Selain penurunan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude oil price/ICP), juga penurunan harga minyak Minas/SLC sebesar 127,96 dollar AS per barrel. Turun 3,54 dollar AS per barrel dari bulan sebelumnya yang mencapai 131,5 dollar AS per barrel.

Dari kajian Kementerian Koordinator Perekonomian, untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, rata-rata ICP untuk enam bulan berjalan 120,75 dollar AS per barrel. Angka itu setara 115 persen dari asumsi ICP di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012, yaitu 105 dollar AS per barrel.

Tim Harga Minyak Indonesia dalam situs Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (2/5), di Jakarta, mengemukakan, penurunan harga minyak mentah itu sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar dunia.

Beberapa faktor yang memengaruhi adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah sedikit mereda setelah ada kesepakatan Iran dan pihak Barat melakukan perundingan lanjutan pada Mei terkait dengan isu nuklir Iran.

Arab Saudi pun terus meningkatkan produksi minyak mentah untuk menahan peningkatan harga minyak dunia. Saat ini, produksi Arab Saudi mencapai 10 juta barrel per hari. Jumlah itu naik 1,1 juta barrel per hari dibandingkan dengan produksi bulan yang sama tahun sebelumnya, atau meningkat 0,1 juta barrel per hari dibandingkan dengan bulan Maret 2012.

Perekonomian dunia juga diindikasikan mengalami perlambatan. Publikasi IMF pada April 2012 menyebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 3,5 persen. Nilai ini turun 0,4 persen dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2011, terutama akhir perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan India serta penurunan ekonomi negara-negara zona Eropa.

Melemahnya ekonomi zona Eropa yang diproyeksikan mengalami penurunan hingga 0,3 persen tahun 2012 akibat krisis utang yang meluas ke Spanyol dan Italia. Kondisi itu membuat proyeksi permintaan minyak global tahun ini per April 2012 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan proyeksi Maret.

Badan Energi Dunia (International Energy Agency) merevisi permintaan minyak global tahun 2012 menjadi 89,88 juta barrel per hari. Turun 0,02 juta barrel per hari ketimbang proyeksi bulan sebelumnya.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) merevisi permintaan minyak global tahun 2012 menjadi 88,64 juta barrel per hari. Berarti turun 0,01 juta barrel per hari dibanding- kan dengan proyeksi bulan sebelumnya.

Dari data Kementerian Energi Amerika Serikat, stok minyak mentah AS naik 3,8 juta barrel sehingga menjadi 7 persen di atas rata-rata stok minyak AS dalam lima tahun terakhir.

Dari kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi penurunan kegiatan manufaktur di China. Ini indikator melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Berarti akan ada penurunan permintaan minyak mentah dari China.

Pembatasan BBM

Sementara itu, ekonom Sustainable Development Indonesia, Dradjad Hari Wibowo, di Jakarta, Rabu, menegaskan, opsi pemerintah dalam membatasi subsidi BBM amat minim setelah ruang menaikkan harga BBM hampir tidak dapat dilakukan. Program pembatasan, meski syarat dengan persoalan, menjadi pilihan terakhir yang mesti dilaksanakan secepatnya agar dampaknya berarti.

Dradjad menyatakan, ruang gerak pemerintah untuk membatasi subsidi BBM sudah sangat terbatas. Pilihan yang tersisa pun adalah pilihan buruk semuanya menyusul peluang menaikkan harga BBM besarnya hanya di bawah 5 persen alias hampir tidak dapat dilakukan.

Berdasarkan Pasal 7 Ayat 6(a) Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012, pemerintah dapat menaikkan harga BBM manakala deviasi harga jual minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata selama enam bulan terakhir di atas 15 persen dari asumsi. Melihat tren ICP belakangan yang menurun, syarat itu sulit terpenuhi sampai akhir tahun.

Pilihan terakhir di bidang energi, menurut Dradjad, adalah dengan pembatasan karena usulan cukai BBM tidak diakomodasi pemerintah. Ia tidak yakin program pembatasan bisa berjalan maksimal karena terlalu banyak tingkat kesulitan, terutama dalam hal pengawasan.

(EVY/LAS/DIA/MHF/BAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com