Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Luruskan Informasi Ada Organ TKI yang Hilang

Kompas.com - 27/04/2012, 18:04 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigadir Jenderal Ahmad Musaddeq mengatakan dugaan keluarga yang menyebut ada pengambilan organ tubuh pada jenazah TKI asal Nusa Tenggara Barat tidak benar.

Dugaan itu, kata dia, wajar karena keluarga tidak mengetahui mengenai proses secara teknis otopsi yang dilakukan kepolisian Diraja Malaysia setelah adanya penembakan pada Herman, Abdul, Kadir Jaelani, dan Mad Noor.

"Keluarga kan tidak membedah. Kami kan membedah. Itu kan semua dalam keadaan terjahit," kata Musaddeq dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (27/4/2012).

Kakak dari Abdul Kadir Jaelani, Hirman sempat menduga organ mata milik adiknya diambil. Kecurigaan itu muncul karena ada jahitan di sekitar matanya.

Namun, ini dibantah oleh Musaddeq setelah mendapatkan hasil otopsi resmi dari pihaknya di Polda NTB.

"Memang ada peluru yang kena alis mata kiri. Itu berarti kan mungkin menyerempet ke bola matanya sehingga bola mata itu harus dikeluarkan. Kita harus melihat lukanya kena seberapa, berapa besar lukanya dalam rangka kita untuk menentukan penyebab kematian," paparnya.

Sementara itu saat ditanya mengenai bungkusan plastik pada kepala korban, Herman, kata Musaddeq, itu adalah plastik yang digunakan untuk membungkus kembali organ yang sempat diambil untuk dilakukan analisis.

Penggunaan plastik tersebut, tutur Musaddeq, bukan merupakan indikasi adanya pencurian organ tubuh Herman.

"Pada waktu pengembalian, demi menjaga kosmetika maka kita tambahkan biasanya bisa kapas, plastik, apapun supaya kelihatan rapi kembali. Jadi itu prinsip pada waktu kita mengembalikan jenazah itu dalam keadaan rapi dan tidak acak-acakan," ujarnya.

Dari hasil otopsi ulang Polri , Musaddeq juga menjelaskan bahwa korban ditembak di bagian tubuh yang berbeda.

Namun, ketika ditanya ditanya mengenai jumlah peluru yang digunakan polisi Malaysia untuk menembak ketiganya, pihak kepolisian tidak menjawab. Alasannya, karena itu menjadi bagian dari penyidikan yang tak dapat disampaikan.

"Satu korban hanya di kepala saja, dua orang kepala sama dada sebelah kiri. Semua jahitan tidak sama. Macam-macam. Tergantung dari lokasi-lokasinya (ditembak) di mana," jelasnya.

Musaddeq mengungkapkan otopsi yang dilakukan oleh pihak Malaysia telah sesuai dengan prosedur internasional. Jika ada organ yang dikeluarkan itu wajar. Tapi hanya untuk sementara.

Setelah dianalisis, organ yang diangkat akan dimasukkkan kembali dalam tubuh jenazah dan dijahit. "Apalagi misalnya ada bullet yang tertinggal di organ, itu harus kita ambil. Proyektilnya harus diambil untuk alat bukti di peradilan. Sedangkan organnya kita nilai lukanya seberapa, besarnya seberapa, setelah itu baru kita masukkan kembali," paparnya.

Mengenai otopsi ulang yang dilakukan Polri ini juga, menurut Musaddeq telah sesuai dengan prinsip otopsi universal. Oleh karena itu, hasilnya dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat.

"Ini dilaksanakan berdasarkan independensi profesionalisme akuntabilitas dan transparansi. Inilah prinsip-prinsip yang kami anut dokter secara universal di seluruh dunia ini," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

    Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

    Nasional
    Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

    Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

    Nasional
    Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

    Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

    Nasional
    Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

    Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

    Nasional
    Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

    Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

    Nasional
    KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

    KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

    Nasional
    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    Nasional
    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Nasional
    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    Nasional
    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Nasional
    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Nasional
    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Nasional
    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Nasional
    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Nasional
    Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com