Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan Dini Amat Lemah

Kompas.com - 26/04/2012, 02:17 WIB

Aktivasi sirene secara manual tidak ada di dalam prosedur tetap peringatan dini. Namun, masih lemahnya struktur rantai peringatan dini pada tingkat pemda memang memunculkan dilema setidaknya terkait dengan pihak yang lebih tepat dalam pengaktivasian sirene.

Pendukung rantai PD Lemah

Rantai informasi peringatan dini (PD) pada jalur pendukung, yaitu TNI dan Polri, juga tidak berjalan baik. Meskipun informasi peringatan dini dari BMKG yang dikirim melalui Markas Besar TNI diterima petugas di kantor Kodam melalui faksimile, informasi ini tak sampai ke petugas di kantor Koramil dan ataupun ke Pusdalops. Petugas di kantor Polsek juga tidak memperoleh informasi peringatan dini dari jajaran di atasnya.

Hal serupa terjadi pada kasus gempa dan tsunami Mentawai, 25 Oktober 2010. Petugas jaga di Polsek dan Koramil Sikakap tidak mendapatkan informasi peringatan dini ataupun arahan evakuasi dari sumber-sumber resmi rantai peringatan. Ini patut disayangkan karena TNI dan Polri merupakan institusi yang memiliki petugas jaga 24 jam. Ketika jaringan listrik mati di Aceh, sistem komunikasi radio TNI dan Polri tidak terganggu.

Dalam sistem peringatan dini saat ini, TNI dan Polri juga hanya berperan sebagai penyambung lidah informasi peringatan dini dari BMKG kepada Pusdalops, tetapi tidak berhak menggunakan informasi itu untuk mengarahkan masyarakat. Jika TNI dan Polri adalah bagian Pusdalops, sistem peringatan dini tsunami ini akan lebih kuat ke depan.

Respons dan persepsi keliru

Respons awal sebagian besar masyarakat sudah baik, yaitu menggunakan gempa sebagai tanda evakuasi. Beberapa orang masih ada yang mencoba menuju pantai untuk mengamati apakah air laut surut. Pada banyak kasus tsunami lokal, upaya ini ibarat menyerahkan nyawa.

Evakuasi umumnya dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat menuju tempat tinggi. Kemacetan terjadi di banyak ruas jalan dan persimpangan karena sebagian besar warga menuju arah sama, yaitu Lambaro.

Ketiadaan rambu-rambu evakuasi bisa menjadi salah satu faktor yang memperparah kemacetan. Sementara sebagian warga justru bergerak ke arah berlawanan karena ingin menjemput anggota keluarganya sebelum menyelamatkan diri.

Kepanikan semakin menjadi ketika terdengar bunyi sirene. Dalam persepsi masyarakat dan bahkan aparat, bunyi sirene adalah tanda bahwa tsunami benar-benar terjadi, apalagi sirene teraktivasi secara otomatis jika sensornya tersentuh gelombang tsunami. Anehnya, sebagian besar masyarakat belum pernah mendengar bunyi sirene itu dan tidak tahu letaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com