Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji Naik, Akankah Hakim Bebas Suap?

Kompas.com - 11/04/2012, 07:17 WIB
Maria Natalia

Penulis

Hal ini diungkapkan oleh peneliti ICW, Emerson Junto. Menurutnya, kenaikan gaji dan tunjangan hanya salah satu bagian untuk meminimalkan kasus suap hakim, tetapi tidak sampai membersihkan. Meski begitu, kata dia, ICW sepakat, memang kesejahteraan hakim saat ini harus diperhatikan. "Kami sepakat kalau untuk kesejahteraan hakim memang harus dipenuhi. Ini setidaknya salah satu cara untuk meminimalisasi korupsi di kehakiman, oleh hakim. Tapi, untuk benar-benar bersih, kami tidak yakin," ujar Emerson dalam perbincangan via telepon dengan Kompas.com.

Perkara hakim yang terjerat suap bukan hanya karena alasan minim kesejahteraan semata, melainkan karena ketamakan. Ia mencontohkan kasus, Hakim Syarifuddin yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 1 Juni 2011. Menurutnya, dalam catatan sepak terjang sebagai hakim, Syarifuddin bukanlah hakim dengan gaji kecil. Saat ditangkap, ia adalah hakim pengawas di pengadilan niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Telah banyak kasus yang ia tangani, termasuk di daerah. Syarifuddin yang pernah membebaskan 39 terdakwa kasus korupsi ini menerima suap dari PT SCI sebesar Rp 250 juta dan kumpulan mata uang asing senilai Rp 2 miliar. Oleh karena itu, kata Emerson, tidak ada jaminan yang pasti hakim akan bebas suap meski bisa diminimalkan.

Jika tak ada jaminan, kata Emerson, kini tugas Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan KPK yang harus unjuk gigi untuk mengawasi sepak terjang hakim jika tuntutan mereka terpenuhi. Tak ada ampun jika masih ada hakim yang terlibat kasus suap. Penegakan hukum harus tetap dilakukan. "Kalau masih saja terima suap, pecat saja. Enggak ada ampun. Kalau sudah diberikan reward, masih korup, berikan punishment yang keras, jangan dibiarkan," kata Emerson menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com