Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekosongan Posisi Pejabat Pengaruhi Kinerja KPK

Kompas.com - 13/03/2012, 18:40 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekosongan posisi pejabat struktural di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memengaruhi kinerja lembaga penegakan hukum tersebut. Hal tersebut diakui Juru Bicara KPK, Johan Budi di Jakarta, Selasa (13/3/2012). "Tentu secara organisasi keseluruhan bisa di-back up yang lain, tapi mengenai kecepatan, akselerasi, tentu berpengaruh," kata Johan.

Menurutnya, ada empat posisi struktural yang kosong, yakni Direktur Gratifikasi, Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Deputi Penindakan, dan Direktur Penyidikan. Untuk mengatasi kekosongan tersebut, kata Johan, pimpinan KPK telah meminta pengganti dari institusi Polri.

"Seperti direktur penyidikan, juga ada pembicaraan dengan Polri untuk dikirim pengganti. Deputi penindakan, pimpinan KPK koordinasi dengan Mabes Polri," ujarnya.

Secara terpisah, Wakil Ketua KPK Zulkarnain mengatakan, pihaknya sudah mendesak Sekretariat Jenderal KPK untuk mengisi kekosongan itu dengan pejabat yang tetap. "Sementara ini yang kosong masih Plt (Pelaksana tugas). Kami sudah minta Sekjen untuk segera mengisi posisi yang kosong agar bisa meningkatkan kinerja," kata Zulkarnain.

Johan juga mengungkapkan kalau kekosongan posisi pegawai di KPK bukan hanya karena pejabat yang bersangkutan dikembalikan ke institusi asalnya. Bisa saja pegawai tersebut memang habis masa tugasnya di KPK atau ditarik institusi asalnya karena tenaganya dibutuhkan.

"Yang selesai masa tugas, dia kembali. Ada juga yang dikembalikan oleh KPK, ada juga yang ditarik Polri. Ada penyidik KPK yang selesai melaksanakan empat tahun atau delapan tahun, dikembalikan KPK, institusinya menarik, bisa alasan promosi atau kebutuhan organisasinya," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com