Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pokok Naik Mendahului BBM

Kompas.com - 08/03/2012, 07:43 WIB

Sementara itu, kenaikan harga kebutuhan pokok juga terpantau di Bojonegoro, Jawa Timur, sejak sepekan terakhir. Hanya harga beras yang relatif bertahan. Rencana kenaikan harga BBM menjadi pemicu kenaikan harga kebutuhan pokok. ”Harga bahan pokok sudah naik, juga bahan kebutuhan lain, seperti obat gosok. Kalau nanti harga BBM naik, bisa dipastikan semua harga bahan pokok akan naik lagi,” kata Endang (45), pedagang di Pasar Banjarejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro.

Hal senada diakui Ana, pedagang kelontong di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk. Ana dan Endang menyebutkan, kenaikan harga sekitar 10 persen terjadi sejak sepekan terakhir. Namun, keduanya mengakui, harga beras cenderung stabil karena panen padi di Tuban dan Lamongan. Pasokan beras ke pasaran melimpah. ”Saya menjual beras panenan baru Rp 6.800 per kg,” katanya. Begitu pula harga beras untuk rakyat miskin juga stabil pada Rp 6.300-Rp 6.400 per kg.

Harga gula dilaporkan naik dari Rp 9.700 menjadi Rp 10.000 per kg, sementara minyak curah naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500 per kg.

Harga kebutuhan pokok belum naik di Medan, Sumatera Utara. Namun, harga kebutuhan pokok di sana masih stabil pada level harga tinggi.

Netralisasi inflasi

Menanggapi munculnya gejala naiknya harga bahan pokok sebelum harga BBM naik, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance, Didik J Rachbini, menyatakan, strategi menaikkan harga BBM yang maju-mundur membuat persepsi harga naik lebih besar daripada seharusnya.

Guna mengerem persepsi harga naik yang kian liar lagi, Didik menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan menetralisasi inflasi, terutama untuk kebutuhan pokok. Ini bisa dilakukan bersama pemerintah daerah melalui usaha penguatan pasokan beras, jagung, dan daging serta menghilangkan hambatan transportasi.

”Prinsipnya, kebijakan kenaikan harga BBM harus satu paket dengan kendali inflasi dan pengeluaran sosial untuk golongan miskin rentan,” kata Didik. (ADH/WSI/LAS/ANTARA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com