Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pokok Naik Mendahului BBM

Kompas.com - 08/03/2012, 07:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah merencanakan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada 1 April 2012. Namun, pada Rabu (7/3/2012), harga bahan kebutuhan pokok di sejumlah daerah sudah lebih dahulu naik.

Hal itu terpantau pada harga kebutuhan pokok di Pasar Panorama, Kota Bengkulu. Di sana sudah terjadi kenaikan rata-rata Rp 2.000.

Ayu Gadis, pemilik warung makan di daerah Padang Harapan, Kota Bengkulu, Rabu, mengatakan, kenaikan harga bahan makanan di Pasar Panorama terjadi sejak seminggu terakhir. Ayu berharap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak menyebabkan harga barang kebutuhan pokok melonjak lagi.

Harga telur, misalnya, naik dari Rp 27.000 menjadi Rp 29.000 per karpet (30 butir), harga minyak goreng curah naik dari Rp 9.800 menjadi Rp 12.000 per kilogram, dan gula pasir Rp 11.000-Rp 12.000 per kilogram. ”Telur yang Rp 29.000 per karpet itu bentuknya kecil-kecil. Telur yang paling bagus bisa Rp 31.000 per 30 butir,” kata Ayu.

Di Palu, Sulawesi Tengah, harga berbagai jenis bahan pokok sudah merangkak naik. Berdasarkan pengamatan di Pasar Masomba, salah satu dari tiga pasar tradisional di Kota Palu, harga beberapa jenis bahan kebutuhan pokok, seperti gula pasir, telur, beras, dan minyak goreng, mulai naik.

Harga beras cimandi yang sebelumnya Rp 7.900 per kg kini menjadi Rp 8.000 per kg dan harga beras C4 naik dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.600 per kg. Sementara harga gula pasir dari Rp 10.500 menjadi Rp 11.000 dan minyak goreng dari Rp 11.000 menjadi Rp 13.000.

Para pedagang Pasar Masomba mengatakan, naiknya harga beberapa jenis kebutuhan pokok tersebut disebabkan pasokan yang berkurang. Rais, pedagang beras, membenarkan pasokan beras dari produsen dalam dua pekan ini berkurang karena panen belum berlangsung, sementara permintaan masyarakat meningkat.

Kepala Seksi Sarana Usaha dan Prasarana Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Sulawesi Tengah Rudi Zulkarnain mengatakan, berdasarkan pantauan di Pasar Masomba, Bambaru, dan Manonda di Kota Palu, ada beberapa jenis bahan pokok yang mengalami kenaikan harga. Namun, diakuinya, masih pada batas wajar.

Menurut dia, kenaikan harga lebih dikarenakan dampak dari kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Distributor dan pedagang mulai memanfaatkan hal itu dengan menaikkan harga secara sepihak.

Dinas Perindagkop dan UMKM provinsi tidak punya kewenangan melarang distributor dan pedagang menaikkan harga. ”Kecuali jika distributor dan pedagang melakukan penimbunan stok, instansi berwenang di kabupaten dan kota dapat memberikan sanksi,” ujarnya. Sanksi berupa pencabutan izin usaha.

Sementara itu, kenaikan harga kebutuhan pokok juga terpantau di Bojonegoro, Jawa Timur, sejak sepekan terakhir. Hanya harga beras yang relatif bertahan. Rencana kenaikan harga BBM menjadi pemicu kenaikan harga kebutuhan pokok. ”Harga bahan pokok sudah naik, juga bahan kebutuhan lain, seperti obat gosok. Kalau nanti harga BBM naik, bisa dipastikan semua harga bahan pokok akan naik lagi,” kata Endang (45), pedagang di Pasar Banjarejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro.

Hal senada diakui Ana, pedagang kelontong di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk. Ana dan Endang menyebutkan, kenaikan harga sekitar 10 persen terjadi sejak sepekan terakhir. Namun, keduanya mengakui, harga beras cenderung stabil karena panen padi di Tuban dan Lamongan. Pasokan beras ke pasaran melimpah. ”Saya menjual beras panenan baru Rp 6.800 per kg,” katanya. Begitu pula harga beras untuk rakyat miskin juga stabil pada Rp 6.300-Rp 6.400 per kg.

Harga gula dilaporkan naik dari Rp 9.700 menjadi Rp 10.000 per kg, sementara minyak curah naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500 per kg.

Harga kebutuhan pokok belum naik di Medan, Sumatera Utara. Namun, harga kebutuhan pokok di sana masih stabil pada level harga tinggi.

Netralisasi inflasi

Menanggapi munculnya gejala naiknya harga bahan pokok sebelum harga BBM naik, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance, Didik J Rachbini, menyatakan, strategi menaikkan harga BBM yang maju-mundur membuat persepsi harga naik lebih besar daripada seharusnya.

Guna mengerem persepsi harga naik yang kian liar lagi, Didik menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan menetralisasi inflasi, terutama untuk kebutuhan pokok. Ini bisa dilakukan bersama pemerintah daerah melalui usaha penguatan pasokan beras, jagung, dan daging serta menghilangkan hambatan transportasi.

”Prinsipnya, kebijakan kenaikan harga BBM harus satu paket dengan kendali inflasi dan pengeluaran sosial untuk golongan miskin rentan,” kata Didik. (ADH/WSI/LAS/ANTARA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com