Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhaimin Akui Dipanggil "Pak Ketum"

Kompas.com - 20/02/2012, 14:44 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, mengaku biasa dipanggil "Pak Ketum" oleh Ali Mudhori (mantan anggota DPR fraksi Partai Kebangkitan Bangsa) dan Fauzi (staf DPP PKB). Panggilan "Pak Ketum" muncul dalam kasus dugaan suap Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) Transmigrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

"Sebagian (DPP Parta Kebangkitan Bangsa), di sesama teman-teman parpol juga panggil saya Pak Ketum," kata Muhaimin saat bersaksi untuk Dadong Irbarelawan, terdakwa kasus dugaan suap PPID di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (20/2/2012).

Panggilan "Pak Ketum" terungkap dalam rekaman pembicaraan antara Fauzi dan Ali Mudhori yang diputar di Pengadilan Tipikor beberapa waktu lalu. Dalam rekaman pembicaraan 15 Agustus 2011 tersebut, Fauzi mengatakan, "Pak Ketum" ketakutan.

"Payah sekali ya, padahal itu yang narik Si Dadong. Saya paham sih, tapi Ketum-nya ketakutan, saya sudah cerita begini, begini," kata Fauzi dalam rekaman percakapan itu.

Walau mengakui panggilan "Pak Ketum" tersebut, Muhaimin saat bersaksi untuk terdakwa lainnya, I Nyoman Suisnaya, membantah terlibat kasus ini. Dia mengatakan kalau namanya hanya dicatut.

Saat bersaksi beberapa waktu lalu, Fauzi pun mengakui kalau istilah "Pak Ketum" itu adalah kode untuk Muhaimin. Namun dia mengatakan kalau nama Muhaimin hanya dicatutnya. "Ketum, Muhaimin, orang yang saya catut namanya itu," ujarnya.

Kasus dugaan suap PPID ini melibatkan dua pejabat Kemennakertrans yaitu I Nyoman Suisnaya dan Dadong Irbarelawan, serta pengusaha Dharnawati. Ketiganya terlibat suap Rp 1,5 miliar terkait penetapan empat kabupaten di Papua sebagai daerah penerima dana PPID.

Dharnawati yang divonis tiga tahun penjara dalam kasus ini berdalih kalau uang Rp 1,5 miliar itu diberikannya sebagai pinjaman menteri Muhaimin membayar tunjangan hari raya (THR).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com