Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iwak Peyek, Produk Gerakan "CopyLeft"

Kompas.com - 10/02/2012, 09:46 WIB
Doddy Wisnu Pribadi

Penulis

"Di dunia lagu dangdut koplo, sudah sangat biasz u ntuk membuat semua lagu populer milik siapapun seperti lagu-lagu Peter Pan termasuk lagu barat kemudian dijadikan versi koplo. Tak penting lagi hak cipta atau copyright. Jadi sebut saja ini namanya copyleft," jelas Djoko, seraya tertawa.

Lagu dangdut koplo hidup di tengah-tengah masyarakat kelas bawah, yang sudah tak dianggap lagi ada kategorinya, karena digantikan dengan kata-kata yang lebih lunak : jamkesmas, gakin, low cost carrier, payless .

"Kata-kata lunak itu mengaburkan substansi masalahnya : kemiskinan dan ketidakadilan. Mau dihaluskan apapun istilahnya, kenyataannya mereka ini miskin, susah cari makan," katanya.

Gejala itu sangat kontras dengan korupsi yang dilakukan kelas atas dimana seorang Angelina Sondakh saja bisa dengan mudah mengeruk Rp 5 miliar lalu sesudah itu menulis blog merintih seolah mengalami ketidakadilan.

Sangat kontras dengan Nazaruddin, bendahara partai pemenang Pemilu yang saking banyaknya uangnya bisa bermain bola dengan buntelan uang, kata Djoko, sekedar menambah gambaran konteks sosial dibalik dangdut koplo.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com