Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Harus Tegas

Kompas.com - 05/02/2012, 12:56 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games yang menyeret sejumlah nama kader Partai Demokrat dinilai mengancam posisi partai pemenang Pemilu 2009 itu. Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, elektabilitas Partai Demokrat menurun sejak awal kasus yang menyeret mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhamamd Nazaruddin ini mencuat. Kondisi ini diperparah dengan ditetapkannya Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Angelina Sondakh sebagai tersangka baru kasus wisma atlet.

"Jika ini terjadi terus, berbahaya sekali, orang mengait-ngaitkan demkokrat dengan masalah hukum, institusional bukan personal," kata Yunarto saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/2/2012).

Yunarto mengatakan, sebenarnya publik sudah dapat membaca keterlibatan Angelina dalam kasus wisma atlet. Sejak  Nazaruddin menyebut adanya aliran dana ke sejumlah kader Partai Demokrat lainnya, citra partai biru memburuk. Terlebih, nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum turut disebut terlibat. Jika dibiarkan, lanjut Yunarto, kondisi ini dapat memicu konflik internal partai.

"Sesama kader bisa bantah-membantah," katanya.

Terkait posisi Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, misalnya, terdengar perbedaan suara antara pihak yang ingin Anas dinonaktifkan dan yang ingin menunggu proses hukum di KPK.

"Ini menciptakan pengaruh psikologis ke kader Demokrat di daerah, sampai ke bawah, dan ke masyarakat," ujar Yunarto.

Untuk dapat keluar dari kondisi ini, kata Yunarto, diperlukan ketegasan Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Yudhoyono sebagai orang yang diandalkan partai biru ini harus menegaskan ke seluruh kader soal posisi Anas sebagai ketua partai.

"Harus ada penegasan SBY, kalau memang tunggu proses hukum di KPK, tidak boleh ada kader yang bicara berbeda," kata Yunarto.

Demikian juga terkait dengan posisi Angelina sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Menurut Yunarto, Partai Demokrat harus segera menonaktifkan Angelina dari jabatan strukturalnya.

"Demokrat harus cepat nonaktifkan, sesuai dengan hasil Rakornas (rapat koordinasi nasional) 23 Juli, nonaktifkan kader-kader yang jadi tersangka, tidak jalankan kode etik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kekayaan Miliaran Indira Chunda, Anak SYL yang Biaya Kecantikannya Ditanggung Negara

    Kekayaan Miliaran Indira Chunda, Anak SYL yang Biaya Kecantikannya Ditanggung Negara

    Nasional
    LPSK dan Kemenkumham Bakal Sediakan Rutan Khusus 'Justice Collaborator'

    LPSK dan Kemenkumham Bakal Sediakan Rutan Khusus "Justice Collaborator"

    Nasional
    Alasan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Hadirkan JK sebagai Saksi Meringankan

    Alasan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Hadirkan JK sebagai Saksi Meringankan

    Nasional
    Dewas KPK Tolak Ahli yang Dihadirkan Nurul Ghufron karena Dinilai Tidak Relevan

    Dewas KPK Tolak Ahli yang Dihadirkan Nurul Ghufron karena Dinilai Tidak Relevan

    Nasional
    Ngadu ke DPR Gara-gara UKT Naik 500 Persen, Mahasiswa Unsoed: Bagaimana Kita Tidak Marah?

    Ngadu ke DPR Gara-gara UKT Naik 500 Persen, Mahasiswa Unsoed: Bagaimana Kita Tidak Marah?

    Nasional
    Soal Revisi UU MK, Hamdan Zoelva: Hakim Konstitusi Jadi Sangat Tergantung Lembaga Pengusulnya

    Soal Revisi UU MK, Hamdan Zoelva: Hakim Konstitusi Jadi Sangat Tergantung Lembaga Pengusulnya

    Nasional
    Cecar Sekjen DPR, KPK Duga Ada Vendor Terima Keuntungan dari Perbuatan Melawan Hukum

    Cecar Sekjen DPR, KPK Duga Ada Vendor Terima Keuntungan dari Perbuatan Melawan Hukum

    Nasional
    Nurul Ghufron Sebut Komunikasi dengan Eks Anak Buah SYL Tak Terkait Kasus Korupsi

    Nurul Ghufron Sebut Komunikasi dengan Eks Anak Buah SYL Tak Terkait Kasus Korupsi

    Nasional
    TNI AL Sebut Sumsel dan Jambi Daerah Rawan Penyelundupan Benih Lobster Keluar Negeri

    TNI AL Sebut Sumsel dan Jambi Daerah Rawan Penyelundupan Benih Lobster Keluar Negeri

    Nasional
    Ketua KPK Mengaku Tak Tahu Menahu Masalah Etik Nurul Ghufron dengan Pihak Kementan

    Ketua KPK Mengaku Tak Tahu Menahu Masalah Etik Nurul Ghufron dengan Pihak Kementan

    Nasional
    Suara Tepuk Tangan Penuhi Ruang Sidang Tipikor Saat JK Sebut Semua BUMN Harus Dihukum

    Suara Tepuk Tangan Penuhi Ruang Sidang Tipikor Saat JK Sebut Semua BUMN Harus Dihukum

    Nasional
    KPK Geledah Rumah Adik SYL di Makassar

    KPK Geledah Rumah Adik SYL di Makassar

    Nasional
    Prabowo Mau Wujudkan Bahan Bakar B100, Menteri ESDM: Perlu Penelitian, Kita Baru B35

    Prabowo Mau Wujudkan Bahan Bakar B100, Menteri ESDM: Perlu Penelitian, Kita Baru B35

    Nasional
    Kelakar Airlangga Saat Ditanya soal Duet Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim...

    Kelakar Airlangga Saat Ditanya soal Duet Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim...

    Nasional
    Resmikan Media Center Kementerian KP, Menteri Trenggono: Disiapkan sebagai Bentuk Keterbukaan Informasi

    Resmikan Media Center Kementerian KP, Menteri Trenggono: Disiapkan sebagai Bentuk Keterbukaan Informasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com