Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga "Urat Nadi" Tiga Sungai

Kompas.com - 25/01/2012, 00:21 WIB

Dari situ, setiap Sabtu, kelompok ini menanami kembali hutan. Dalam dua tahun pertama, Lembaga Wanggu Lestari berhasil menghijaukan kembali areal seluas 20 hektar dengan 10.800 bibit pohon.

Berbagai jenis pohon seperti beringin, rambutan, nangka, mahoni, dan durian ditanam. Bibit pohon-pohon itu diperoleh dari sumbangan masyarakat ataupun yang dibiakkan Anwar.

Demi menyelamatkan mata air, Anwar sampai membeli sebidang tanah berbukit seluas 20 hektar, bekas perkebunan kelapa hibrida milik warga, di dalam kawasan hutan. Di bukit tersebut terdapat mata air yang menjadi salah satu sumber Sungai Amoito.

”Kalau dibeli orang lain, saya takut nanti fungsinya berubah dan akan sulit diselamatkan,” ujarnya.

Ia pun membeli lahan senilai Rp 100 juta itu dengan cara mencicil sejak tahun 2009 hingga sekarang, tinggal tersisa cicilan Rp 6 juta.

Berbuah manis

Hasil kerja kerasnya itu berbuah manis. Sejak tahun 2010, mata air di hulu ketiga sungai tersebut hidup kembali. ”Air bersih sudah kembali mengalir, jernih dan tidak kotor lagi meskipun belum pulih seperti sebelum kerusakan,” kata Anwar.

Berbagai fauna seperti monyet, anoa, dan burung maleo yang sempat menghilang selama periode perusakan hutan juga sudah mulai terlihat lagi.

Namun sayang, gerakan swadaya yang sudah berjalan dua tahun itu mulai mengendur pada tahun ketiga. Sudah setahun terakhir ini Anwar mengaku hanya berjalan sendirian.

Banyak warga yang mulai kehilangan semangat, salah satunya karena tak adanya kepedulian pemerintah setempat untuk membantu upaya reboisasi tersebut. Ada juga yang disibukkan dengan kebutuhan mencari nafkah sehari-hari.

Akibatnya, perkembangan pemulihan hutan berjalan sangat lambat. Meski begitu, Anwar mengaku tak putus asa. Ia tetap melanjutkan reboisasi meski hanya bergerak seorang diri.

Setiap Sabtu ia masih giat masuk-keluar hutan untuk menanami areal yang rusak. ”Biasanya saya membawa empat bibit pohon yang bisa dipikul. Biar sedikit, asalkan ada yang ditanam,” katanya.

Satu demi satu pohon terus ia tanami. Harapannya tak lain agar generasi anak cucu nanti bisa hidup tanpa harus merasakan kesulitan air bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com