Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barcelona, Kota yang Tak Pernah Tidur!

Kompas.com - 11/01/2012, 05:29 WIB

Yang unik dari rumah ini adalah, setiap lantainya tak pernah sama rata, ada bagian yang naik dan turun. Jika rumah itu adalah peninggalan seorang raja, saya maklum, karena kemewahan merupakan bagian dari kejayaan di zaman itu. Namun karena berupa milik pribadi lah, yang membuat saya terpukau. Beruntung memang Barcelona memiliki seorang pria cemerlang dan seorang pengusaha berselera tak terbatas, hingga beberapa peninggalannya kini menjadi bangunan bersejarah.

Di Palau Güell, jangan pernah melewatkan atapnya. Jika kita dibuat tercengang dengan bagian dalam kediaman keluarga Güell, di atap rumah ini, dijamin mulut kita akan berdecak kagum. Paduan antara pilar mozaik dan bentangan kota Barcelona yang terlihat dari atas rumah ini, membawa kepuasan tersendiri.

Anak kami senang sekali mengunjungi rumah aneh, begitu ucap keduanya. Bahkan si kecil Bazile sempat mengira yang hidup di tempat ini dulunya adalah seorang drakula! Mungkin sisi misterius dan warna gelap, yang mendominasi ruangan membuat otak kecilnya mengira seperti itu. Masuk ke Palau Güell dikenakan biaya, padahal dulu saat pernah dibuka pengunjung bisa menikmatinya dengan gratis.

Setelah makan siang dengan nasi goreng bebek, dan shalat di apartemen penginapan kami, berhubung jarak antara Palau Güell hanya dua ratus meter dari kediaman kami, maka acara turis kami lanjutkan. Kali itu, museum Picasso yang jadi tujuan kami.

Museum Picasso pertama saya datangi tahun 2004 dan terakhir yaitu bulan Mei tahun 2011. Kali itu saya kembali datangi dengan keluarga, pertama karena Adam belum pernah mengunjunginya dan juga karena suami saya David (Kang Dadang) penggemar berat Picasso.

Saya sendiri tak terlalu fans dengan pelukis yang memiliki karakter keras bahkan kerap disebut kasar kepada istri dan pacar-pacarnya. Meskipun untuk yang kesekian kalinya mata ini kembali menyimak hasil karya pelukis yang wafat di Perancis ini, tetap saja goresan kuas dan permainan tangan sang seniman memang patut mendapatkan kehormatan.

Sekali lagi, keinginan saya untuk mengambil foto tak mendapatkan izin. Para karyawan di museum itu, tak terlalu ramah dengan pengunjung. Sudah yang ketiga kalinya kembali ke sana, tetap saja, kartu pers saya dinyatakan tak sah. Ada saja alasan untuk menolak pers, entah mengapa. Rupanya, seorang pria dari Inggris, menyaksikan adegan adu mulut saya dengan petugas. Dan nasib pria Inggris itupun tak berbeda jauh dengan saya. Meskipun kartu jurnalis yang dipegangnya adalah internasional, alasan penolakannya kali itu adalah, karena dirinya tak mengambil janji dua hari sebelumnya. Selama saya mencoba melakukan suatu reportase, baru di museum Picasso lah yang menyatakan kartu wartawan saya palsu. Malas terlalu ngotot, apalagi depan kedua buah hati saya memilih mengalah.

Pablo Ruiz Picasso merupakan salah satu seniman terpenting abad ke dua puluh. Pria yang lahir dari seorang ayah pelukis ini telah menghasilkan sebanyak lima puluh ribu karya seni, delapan ribu berupa lukisan. Selebihnya tersalurkan dari tangan kreatifnya menjadi, patung, keramik dan tulisan. Pria yang selalu berpindah negara dan melahirkan karya seni dari tempat tinggalnya, lebih dikenal sebagai pelukis dengan aliran kubisme. Di Museum inilah, kita bisa melihat bagaimana perjalanan tangannya bermain kuas dan merangkai sebuah benda semasa mudanya, hingga akhirnya dirinya larut dalam lukisan kubisme. Dan terus terang saya lebih memilih gaya lukisan Picasso saat muda.

Bila ingin membawa kenangan, butik di museum Picasso, bisa membuat kantong tipis. Selain harganya mahal, juga sajian yang dipajang menarik sekali. Anak- anak kami belikan pinsil dengan paduan warna, bagaikan pelangi dengan buku kecil Picasso. Kartu pos tak ketinggalan saya beli, kebiasaan yang tak pernah bisa terlepaskan, membawa kartu pos sebagai suvenir.

Dari museum kami menuju Catedral de Santa Eulalia. Gereja berasitektur gotic yang dibangun abad ke tiga belas ini, masih sangat ramai dengan pengunjung yang datang untuk berdoa. Bagian dalam katedral, begitu cantik, yang memukau adalah, ruangan paduan suara katedral. Namun bagian yang saya senangi adalah biara berupa lorong dengan deretan pintu busur yang mengelilingi halaman dalam gereja, dengan taman di tengahnya, dimana beberapa angsa putih besar berdiam di dalamnya. Menurut saya, justru para unggas putih inilah yang menjadi bintangnya, para pengunjung asyik bermain dengan kamera mengabadikan binatang indah tersebut. Apalagi melihat angsa dalam biara itu, hanya waktu tertentu.

Si kecil Bazile tak berhenti bertanya, mengapa para angsa dikurung di dalam taman? Milik siapa? Apakah ada orang yang memberi makan? Adakah pemburu yang akan menembaknya? Wahhh pokoknya, para angsa itu benar-benar membuat pikiran anak kami cemas.

Meskpin sudah mengitari Katedral Santa Eulalia, tetap saja waktu makan belum juga tiba. Orang Spanyol terkenal makan telat, dalam arti, makan siang dimulai pukul dua, dan malam pukul sembilan kadang jam sepuluh malam baru ada yang mulai.  Jadilah kami mampir ke kafe langganan untuk makan Chocolate con churros, cemilan enak! Yaitu seperti cakwe manis dimakan dengan segelas coklat leleh kental, hemmmmm, bagi penggemar coklat dijamin pasti langsung nge-fans berat dengan cemilan ini. Sepiring churros (cakwe manis) berisi sepuluh dengan dicampur ke dalam coklat panas langsung ludes oleh kami berempat. Sebelum akhirnya menuju restoran tapas kegemaran kami untuk mengisi perut malam terakhir dengan gurita kecil goreng, kami sekeluarga memilih untuk menyusuri jalan Ramblas hingga pelabuhan.

Hari itu adalah malam terakhir kami berada di Barcelona. Karena esok liburan akan kami lanjutkan di daerah Pyrénées. Alasan itulah yang membuat kami ingin berlama-lama berada di luar, menikmati malam dengan mencoba menggoda para patung hidup, dengan memberikan hadiah kecil berupa uang logam. Melihat kapal di pelabuhan. Menikmati semilir angin dingin di bulan desember di Barcelona. Kota yang selalu berpesta dengan para pendatangnya. Kota yang tak pernah tidur... (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com