BANDA ACEH, KOMPAS.COM -- Menyusul rangkaian penembakan misterius di sejumlah wilayah di Aceh, Kepolisian Daerah Aceh meningkatkan penjagaan di perairan dan pemeriksaan di perumahan warga serta razia di jalan raya. Dari hasil penyelidikan sementara, polisi masih menduga kasus-kasus penembakan tersebut adalah kriminal murni.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Aceh Ajun Komisaris Besar Gustav Leo, Selasa (3/1), mengungkapkan, penjagaan perairan dan razia ke rumah penduduk serta di jalan raya dilakukan sebagai upaya pengejaran terhadap pelaku.
”Hasil analisis terhadap kasus-kasus penembakan sebelumnya, ada kemungkinan para pelaku melarikan diri ke luar negeri. Karena itu, untuk menghindari hal ini terulang, seluruh jajaran diinstruksikan menjaga ketat kawasan perairan yang rawan digunakan sebagai pintu lari ke luar negeri,” kata Gustav.
Lima warga tewas dan delapan lainnya luka berat akibat penembakan misterius di tiga tempat yang berbeda di Aceh, yaitu di Desa Blang Cot Tunong, Kecamatan Jeumpa, Bireuen; di Desa Ilie, Ulee Kareng, Banda Aceh, Sabtu (31/12) malam; dan di sebuah kedai kopi di Dusun Blok B, Desa Seureuke, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, Minggu malam.
Patroli ke rumah warga dan razia di jalan raya tidak hanya mencari pelaku, tetapi juga senjata api yang masih beredar di Aceh. Masih banyaknya senjata api disinyalir jadi salah satu penyebab maraknya tindak kejahatan bersenjata di wilayah ini.
Penyelidikan sementara terhadap kasus penembakan di Bireuen, Banda Aceh, dan Aceh Utara sampai saat ini belum ada kemajuan. Polisi masih menganalisis keterangan saksi dan barang bukti yang didapat di tempat kejadian.
Meski ada kecenderungan perubahan target sasaran penembakan pada etnis tertentu, polisi belum dapat menyimpulkan ada motif politik terselubung dari rangkaian tembakan ini.
”Selama kami belum menangkap pelaku dan barang bukti lain, kami belum bisa mengatakan motifnya apa. Ini masih kriminal murni. Namun, kami juga mengevaluasi pola dan sasaran pelaku itu,” ujar Gustav.
Diakuinya, secara teknis ada kesulitan yang dihadapi polisi dalam proses penyelidikan. Tak semua saksi berani memberi kesaksian. Dalam kasus penembakan 10 pekerja proyek galian kabel optik Telkomsel di Bireuen, misalnya, sejumlah saksi mata masih trauma dan dicekam rasa takut. Mereka minta segera pulang ke tempat asal. ”Kami terus berupaya dengan memberikan jaminan keamanan kepada mereka, termasuk jaminan dari perusahaan tempat mereka bekerja,” katanya.
Di Jakarta, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyatakan, informasi yang diperoleh dari Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, penembakan itu tidak terkait dengan pemilu kepala daerah (pilkada) pada 16 Februari mendatang. Namun, Timur yang dikonfirmasi terpisah justru mengaku belum selesai menyelidiki motif penembakan itu.