JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil otopsi terhadap dua korban tewas dalam peristiwa pembubaran paksa aksi unjuk rasa di Pelabuhan Sape, Nusa Tenggara Barat, oleh kepolisian menunjukkan, tidak ditemukan peluru di dalam tubuh keduanya. Dari hasil otopsi itu, dapat disimpulkan bahwa penembakan dilakukan dari jarak dekat.
"Tidak ada peluru yang bersarang dalam tubuh. Berarti (peluru) lewat, tembus. Berarti luka tembak jarak dekat," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (27/12/2011).
Saud mengaku belum tahu jenis peluru yang digunakan untuk menembak dua korban, yakni Arief Rachman dan Saiful, apakah peluru karet atau tajam. Namun, kata dia, peluru karet dapat tembus jika ditembakkan dari jarak dekat.
Saud kembali menegaskan bahwa korban tewas dalam peristiwa itu hanya dua orang. Jumlah itu, kata dia, berdasarkan pemeriksaan tim kepolisian bersama para aparat pemerintahan setempat.
"Kalau ada yang sebutkan lebih, kami minta tunjukkan datanya supaya kami cek," ujarnya.
Saud menambahkan, hingga saat ini masih ada 10 korban luka berat yang dirawat di rumah sakit di Mataram dan Bima. Adapun korban yang menjalani berobat jalan berjumlah 30 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.