Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB Meminta Presiden Turun Tangan

Kompas.com - 26/12/2011, 12:37 WIB
Subur Tjahjono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agar segera turun tangan mengambil kebijakan komprehensif untuk menyelesaikan akar masalah konflik pertanahan di Tanah Air.

"Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemilik modal bersembunyi di belakang aparat keamanan, dalam menghadapi tuntutan warga," kata Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB, Imam Nachrawi, dalam siaran pers yang dikirim Wakil Bendahara PKB, Bambang Susanto, kepada Kompas di Jakarta, Senin (26/12/2011).

PKB adalah partai politik anggota Koalisi Partai Politik Pendukung SBY-Boediono. PKB menilai, kekerasan sosial berakar dari masalah tanah, perkebunan dan pertambangan, yang berujung pada melayangnya belasan nyawa masyarakat karena tertembak polisi di Bima, Mesuji, Riau, dan sejumlah daerah lain, sudah memasuki stadium paling mengkhawatirkan.

Belum usai aksi jahit mulut penuntasan hutan di Riau, belum usai kerja tim pencari fakta mengusut dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Mesuji, di Bima nyawa melayang karena masalah konflik pertambangan.

Kondisi ini sangat menyedihkan dan mendesak untuk segera dihentikan. PKB sangat menyesalkan dan sangat berduka dengan jatuhnya ratusan korban masyarakat terluka, karena bentrokan dan tembakan aparat keamanan.

"Negara tidak boleh dikalahkan oleh kekerasan, negara juga tidak boleh melindungi aparat keamanan pelaku penembakan, dan negara wajib melindungi rakyatnya," kata Imam.

PKB juga menilai, Badan Pertanahan Nasional (BPN) sampai sekarang terkesan diam dan kurang mengambil tegas dalam mengatasi konflik pertanahan. Hal-hal yang dilakukan BPN selama ini hanyalah tindakan administratif belaka, tanpa diiringi pengambilan kebijakan yang substantif menyelesaikan konflik pertanahan.

Selain itu, PKB meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera melakukan audit kinerja kepada BPN, yang sangat tidak sangat maksimal memerankan fungsi dan kewenangannya sebagai garis depan agenda nasional reformasi agraria.

PKB meminta Kepala Polri membenahi pemahaman dan kesadaran HAM di internal kepolisian, sebab peristiwa Bima, Mesuji dan lain-lainnya adalah bukti nyata rendahnya pemahaman prajurit polri terhadap HAM.

"Kami juga meminta aparat keamanan untuk bersikap netral, dalam mengamankan aksi-aksi rakyat menuntut penyelesaian konflik pertanahan," ujar Imam.

Selain itu, Polri harus mengedepankan pendekatan persuasif, bukannya pendekatan keamanan yang berujung pada jatuhnya korban. Hukum harus ditegakkan, bukan di atas moncong senapan melainkan berdasar atas asas keadilan dan kebenaran di depan pengadilan.

Kasus Bima dan Mesuji adalah "lampu kuning" reformasi Polri. (*/BUR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com