Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Klaim Video Mesuji Tak Direkayasa

Kompas.com - 16/12/2011, 18:46 WIB
Ary Wibowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perwakilan keluarga dan korban kasus Mesuji, Mayjen (Purn) Saurip Kadi, menegaskan bahwa video pembunuhan keji di Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, dan Kabupaten Mesuji, Lampung, merupakan video asli. Hal itu diungkapkannya menanggapi pernyataan Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar yang menduga ada rekayasa dalam video itu.

"Ada pernyataan bahwa video ini sepertinya adalah rekayasa. Saudara-saudara yang kami tampilkan itu adalah data valid. Dan saya tegaskan, kami terlahir bukan untuk menjadi seorang yang merekayasa dan membohongi, dan menyudutkan pemerintah," ujar Saurip, saat jumpa pers bersama keluarga korban kasus Mesuji di Kantor Kontras, Jakarta, Jumat (16/12/2011).

Saurip mengatakan, video itu menunjukkan bahwa warga Mesuji memang mengalami kekerasan oleh petugas pengamanan (pam) swakarsa yang dibekingi  aparat kepolisian. Mantan anggota DPR itu menilai tidak layak jika pemerintah saat ini lebih mementingkan video tersebut daripada keselamatan warga daerah tersebut.

"Maka dari itu, saya kemarin geregetan, ketika sudah nyata-nyata rakyat jatuh jadi korban dalam  jumlah besar, hidup tidak layak, kok sempat-sempatnya penguasa itu lebih sibuk membela diri dengan alasan-alasan, dan janji-janji untuk melakukan investigasi," kata Saurip.

Trubus, salah satu warga Mesuji,  juga mengakui bahwa video kekerasan tersebut tidak direkayasa. Menurut mantan petugas Pam Swakarsa PT Silva Inhutani itu, video tersebut diambil di enam wilayah yang berbeda di daerah Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, dan Kabupaten Mesuji, Lampung.

"Kebetulan saya ada di salah satu desa itu karena saya menjadi (petugas) pam swakarsa. Jadi di video itu memang benar apa adanya. Kalaupun ada yang bantah direkayasa, saya akan bertanggung jawab untuk menunjukkan lokasi-lokasinya. Jadi yang jelas video itu adalah nyata, bukan rekayasa," kata Trubus.

Seperti diberitakan, pada Rabu (14/12/2011), sejumlah warga dan keluarga korban kasus Mesuji didampingi pengacara melaporkan dan menyampaikan bukti adanya pembunuhan keji yang terjadi pada akhir 2010 hingga awal 2011 di dua daerah, yakni di Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, dan Kabupaten Mesuji, Lampung. Menurut mereka, kasus itu bermula dari perluasan lahan salah satu perusahaan kelapa sawit dan karet milik warga negara Malaysia. Dalam video, berbagai tindakan keji terekam.

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar di Jakarta, Kamis (15/12/2011), membantah bahwa aksi kekerasan itu dilakukan oleh aparat kepolisian. Ia mengatakan, Brimob di wilayah setempat melakukan evakuasi terhadap 200 karyawan PT SWA yang saat itu diserang warga Mesuji yang mengamuk dan menyerang kamp di perkebunan kelapa sawit tersebut.

"Tidak benar gambar-gambar penayangan aksi kekerasan itu dilakukan oleh petugas. Ini akibat dampak dari konflik horizontal yang terjadi," ungkap Boy.

Polisi kini berupaya menelusuri maksud dan tujuan pembuatan video itu, termasuk memeriksa keaslian video pembunuhan yang terjadi di Mesuji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com