Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Bimbang Ingin Disentil

Kompas.com - 04/12/2011, 06:08 WIB

Salma Dian Prihajanti (40) menawarkan pengobatan totok aura di klinik Dian Kenanga. Yang ditotok bisa wajah, tubuh, organ intim, saraf, dan payudara. Metodenya adalah mengombinasikan totok dan tenaga prana demi menyehatkan aura—semacam medan energi elektromagnetik yang mengelilingi sekujur tubuh orang.

Pengobatan totok yang Dian tawarkan cukup menarik minat pelanggan. Setiap hari, Dian menangani rata-rata 165 pelanggan. Usaha yang semula bertempat di dua kamar kos itu kini berkembang menjadi tiga gerai, yakni di Pejaten Barat, Jalan Ampera Raya, dan Depok.

Tengoklah Klinik Jeng Ana yang menawarkan pengobatan herbal dan supranatural di Kalibata Timur, Jaksel. Setiap Sabtu dan Minggu klinik itu didatangi tidak kurang dari 200 pasien, mulai dari mahasiswa, ibu rumah tangga, sampai artis sinetron.

Sebagian dari mereka datang dengan mobil kinclong. Di ruang tunggu, seorang perempuan pasien berpakaian modis dan bersepatu hak tinggi sibuk mengotak-atik Blackberry atau iPad. Seorang pasien hari itu pulang dengan sekantong penuh herbal seharga Rp 3,5 juta.

Di klinik terapi sentil Harto, Roy sabar menanti giliran. Laki- laki yang bekerja sebagai pilot itu datang untuk menjaga kebugaran. ”Saya mencoba pengobatan ini karena tidak berbau mistis,” ujar Roy yang telah 1,5 tahun menjadi pasien Harto.

Alternatif-komplementer

Keberadaan pengobatan tradisional, seperti dikatakan dokter spesialis penyakit dalam Samsuridjal Djauzi, tak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Jauh sebelum mengenal dokter, masyarakat Indonesia sudah mengenal pengobatan tradisional.

Samsuridjal menjelaskan, pada praktiknya di masyarakat, pengobatan tradisional terbagi ke dalam dua fungsi, yaitu pengobatan alternatif dan pengobatan komplementer. Pengobatan alternatif adalah pengobatan yang dilakukan sebagai alternatif lain dari pengobatan modern.

”Misalnya, seseorang yang berpenyakit kanker memilih memakai obat-obatan herbal karena takut menjalani kemoterapi,” kata Samsuridjal.

Adapun pengobatan komplementer biasanya dilakukan untuk melengkapi pengobatan modern. Berdasarkan hal inilah, Samsuridjal berpendapat, pengobatan modern dan tradisional bisa saling melengkapi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com