Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mudah Membagikan Daging Kurban

Kompas.com - 06/11/2011, 20:46 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setiap tahun, umat Islam merayakan Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban dan kemudian dibagikan kepada kaum miskin. Ini bukan pekerjaan mudah. 

Tidak gampang karena membagikan daging hewan kurban kepada banyak orang pasti memerlukan ketertiban dalam proses pembagiannya. Tidak mudah pula karena daging kurban seharusnya diberikan kepada orang yang betul-betul membutuhkan.

Hal inilah yang dirasakan oleh Andi Amir (76), pegawai keamanan Masjid Istiqlal. Sudah belasan tahun Andi membantu mengatur kerumunan warga yang ingin mendapatkan daging kurban di masjid terbesar di Indonesia ini. Banyak cerita suka dan tak sedikit pula kisah duka yang dialaminya selama menjaga kerumunan warga yang antre mendapatkan daging kurban.

"Tiap tahun saya disuruh jaga yang perempuan. Waduh, lebih baik jaga laki-laki. Perempuan bawelnya bukan main," ujar Andi kepada Kompas.com di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (6/11/2011).

Andi telah bekerja selama 26 tahun di masjid tersebut dan sudah berkali-kali menghadapi beragam peristiwa yang terjadi selama pembagian daging kurban. Ia merasa kasihan jika melihat ada nenek sampai tergencet di antara antrean. "Gimana mau ngeluarin, dia di tengah-tengah," ujarnya. Padahal, antrean itu telah dipisahkan antara perempuan dan laki-laki. 

Menurut Andi, antrean laki-laki itu lebih mudah diatur. Tidak pernah berantem, berbeda dari perempuan. 

Sekalipun demikian, ia menilai manajemen pembagian kurban di Masjid Istiqlal telah berubah menjadi lebih baik dalam lima tahun belakangan ini. Masyarakat yang mau mendapatkan daging kurban bisa leluasa mendatangi rumah potong hewan di kompleks Masjid Istiqlal tanpa aturan. Akibatnya, sempat terjadi penjarahan atau pengambilan yang tidak tertib. "Setelah lima tahun ini manajemennya sudah mulai bagus," katanya. 

Sekarang warga yang antre dibatasi sampai pintu gerbang luar yang berhadapan dengan Gereja Kathedral, yakni pintu Al-Fatah atau pintu 7. Dari pintu ini, jumlah yang masuk akan diatur dan dibagi berdasarkan jenis kelamin. Begitu pula pengambilan dagingnya, di mana alurnya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak bertabrakan. 

Warga yang ingin mendapatkan daging kurban itu telah datang sejak tengah malam. Mereka menggelar tikar dan menunggu di trotoar seraya bermalam untuk menunggu giliran mendapatkan daging kurban pada pagi harinya. 

Pengalaman tak mengenakkan bagi Andi terjadi ketika ia tahu tidak semua warga yang mengantre itu benar-benar membutuhkan daging tersebut. Ia tahu, sebagian di antara mereka justru menjual kembali daging yang telah mereka terima. "Lihat saja besok pukul 06.00 di depan (kantor) Pertamina, sudah banyak yang jualin (dagingnya)," ujarnya. 

Mengenai hal ini, ia pun merasa kasihan kepada warga yang benar-benar membutuhkan daging kurban, tetapi tidak kebagian jatah daging. Andi menuturkan, banyak warga yang menghalalkan sejumlah cara agar bisa mendapat jatah lebih dari satu, misalnya dengan menghilangkan tanda tinta di jari dengan menggunakan balsem atau minyak tertentu sehingga bisa kembali mengantre. "Kasihan lainnya, banyak orang yang butuh," ungkap Andi.

Warga yang antre di masjid ini juga tak hanya berasal dari wilayah Jakarta Pusat. Banyak pula yang datang dari luar Jakarta, seperti Bekasi atau Karawang. Menurut Andi, biasanya mereka datang bergerombol dengan menggunakan minibus. "Yang saya tahu, mereka ada yang koordinasi," katanya.

Ia menduga, rombongan itu sengaja dikerahkan untuk mendapatkan daging yang digunakan kembali untuk keperluan usaha. Dengan begitu, mereka dapat memperoleh harga daging yang lebih murah dari harga pasar. Daging sapi, misalnya, dibeli dengan harga Rp 35.000 per kilogram atau lebih murah dari harga pasar seharga Rp 50.000 per kg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com