Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilyas Karim, Pengibar Sang Saka Pertama

Kompas.com - 17/08/2011, 21:12 WIB

"Bagus sekali kain itu, masih sangat baru. Ibu Fatmawati berpesan sama saya, ini kotak di dalamnya ada bendera hati-hati jangan sobek. Saya jaga itu sampai pelan-pelan saya kerek naik ke puncak," kata pria kelahiran Padang Pariaman, 31 Desember 1927 ini.

Upacara bersejarah itu, diakui Ilyas, menumbuhkan semangat nasionalisme untuk lepas dari penjajahan Jepang yang sangat besar. Setiap orang mulai dari tua hingga muda tanpa membedakan suku, larut dalam semangat kesatuan itu.

Begitu upacara usai, setiap orang bersorak gembira. Namun, tidak ada perayaan berlebihan dalam peristiwa bersejarah itu. Setiap orang pulang ke rumah masing-masing lantaran masih dalam bulan puasa. "Sama seperti sekarang ini (bulan puasa). Tapi rasanya berbeda. Dulu semangatnya ada," ujar Ilyas lirih.

Ilyas merasa prihatin dengan kondisi bangsa yang carut marut. Menurutnya, pemerintah tak lagi peduli akan rakyatnya. Padahal, kemerdekaan dulu dicapai untuk seluruh rakyat.

"Yang sekarang ada rakyat miskin. Jaman dulu mana ada pengemis, sekarang kemerdekaan itu hanya untuk para pejabat. Padahal dulu kami berjuang untuk rakyat," imbuhnya.

Masa Tua Hidup Sederhana

Selain menjadi salah satu tokoh bersejarah dalam pengibaran bendera Merah Putih, Ilyas mengabdikan hidupnya sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia bertugas keliling daerah sampai menjadi pasukan perdamaian di Kongo, Lebanon, dan Vietnam. Selama puluhan tahun menjadi tentara dan berpangkat terakhir Letnan Kolonel, Ilyas pun tak bergelimang harta.

Ilyas hidup di pinggir rel kereta di Jalan Rawajati Barat No. 7, Kalibata, Jakarta Selatan bersama sang istri. Ia membangun sebuah rumah sederhana yang lantai duanya terbuat dari seng.

Meski hidup dalam keterbatasan, Ilyas tak mau terpuruk meratapi nasib. Ia pun masih aktif menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Pejuang Siliwangi yang sering mengadakan bakti sosial bagi anak yatim. "Hidup itu untuk mengabdi bukan untuk diam-diam saja," kata Ilyas.

Sikap sederhana Ilyas ini pula yang ditanamkan ke-14 anaknya. Elvita (40), anak kedua Ilyas, menuturkan sosok ayahnya terbilang tegas dan sederhana. "Bapak nggak pernah mau minta sama kita-kita ini. Kalau dikasih yang berlebihan dia juga pati nolak, sama orang lain juga begitu. Dia maunya biasa-biasa saja," ujar Elvita.

Dikatakan Ilyas, di sisa umurnya ini, ia hanya ingin mencari amal. Ia mengaku sudah sejak lama tidak silau akan harta kekayaan. "Saya hidup palingan hanya beberapa tahun lagi, saya cari pahala. Sudah nggak mau cari harta kita beramal saja," tandas kakek dengan 28 cucu ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com