Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa di Belakang Marzuki?

Kompas.com - 01/08/2011, 16:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koalisi Masyarakat Sipil menengarai pernyataan Marzuki Alie mengenai pembubaran KPK dan pemaafan koruptor diboncengi kepentingan parlemen dan Partai Demokrat. Bukan tidak mungkin parlemen merasa terganggu dengan sepak terjang KPK selama ini.

Sementara, Partai Demokrat mafhum diketahui tengah dililit isu dugaan korupsi terhadap sejumlah kadernya pascaterungkapnya kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games yang menjadikan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, sebagai tersangka.

"Kami khawatir Marzuki bicara untuk kepentingan DPR. KPK sudah dan telah memproses sedikitnya 43 mantan dan anggota DPR dari berbagai fraksi DPR. Termasuk KPK juga melakukan pengawasan terhadap rencana penyusunan anggaran di DPR. Terganggunya kepentingan ini yang menimbulkan ketidaksukaan DPR pada KPK," ujar Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Nurkholis Hidayat, di Gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, Senin (1/8/2011).

Selain Nurkholis, sejumlah tokoh dan aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil, antara lain Emersen Yuntho dari Indonesia Corruption Watch dan Romo Benny Susetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Emerson menambahkan, pernyataan Marzuki dapat dimengerti mewakili Partai Demokrat. Selain sebagai Ketua DPR, Marzuki adalah anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Ia menduga, Marzuki sengaja melontarkan pernyataan tersebut dengan harapan diterima oleh publik.

"Kalau saya menduga, jangan-jangan dia membawa Partai Demokrat. Saat ini sedang diproses beberapa kasus yang melibatkan beberapa orang dari Partai Demokrat. Wisma Atlet, Kemendiknas. Nah, dengan wacana ini dimunculkan dan dia melihat respons publik, dia berharap bahwa gagasan ini diterima," tutur Emerson.

Pernyataan Marzuki, kata Emerson, dapat dimanfaatkan sejumlah pihak sebagai bentuk permisif dalam melakukan kejahatan korupsi. "Kalau pernyataan itu diterima oleh publik bisa celaka duabelas. Wacana ini (pemaafan terhadap koruptor) tidak memberikan efek jera bagi para koruptor. Jangan-jangan memang ada kepentingan tertentu, untuk mempetieskan kasus-kasus korupsi itu," tambahnya.

Koalisi Masyarakat Sipil mendesak Demokrat memberikan teguran keras kepada Marzuki Alie dan mencopotnya sebagai anggota DPR. Jika tidak demikian, para tokoh ini menilai Demokrat harus siap menerima sikap ketidakpercayaan publik pada partai Presiden SBY itu.

"Ada logika politik yang kontradiktif. Demokrat menyatakan 'katakan tidak pada korupsi' tapi Marzuki justru menyatakan demikian. Kami minta tanggung jawab Demokrat untuk berani menegur Marzuki Alie. Jika tidak, publik jadi bertanya-tanya konsistensi Demokrat yang selalu katakan tidak pada koruptor," tambah Romo Benny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Nasional
    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Nasional
    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Nasional
    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Nasional
    Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com