Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Staf MK Merasa Dibayangi

Kompas.com - 21/06/2011, 22:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu staf Mahkamah Konstitusi (MK), Matsuri Hasan, merasa terus dibayang-bayangi oleh Dewi Yasin Limpo.

Dewi melalui Hakim Konstitusi, Arsyad Sanusi, dan putrinya, Nesya, beberapa kali meminta agar Matsuri Hasan mengubah isi surat putusan MK terkait statusnya sebagai Caleg Dapil Sulawesi Selatan I. Ia meminta Matsuri Hasan memberi redaksional "penambahan suara", pada surat putusan itu.

Hal itu dikemukakan Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi (MK), Janedjri M Gaffar, pada rapat Panja Mafia Pemilu di Gedung DPR RI, Selasa (21/6/2011). Janedjri menceritakan kejadian beberapa tahun lalu, sekitar saat kasus dugaan pemalsuan data hasil pemilu legislatif terjadi.

Bahkan, lanjut Janedjri, Dewi diduga membuntuti Matsuri Hasan saat mengantar surat asli MK ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Hasan merasa dibayang-bayangi oleh Dewi Yasin Limpo. Ia takut Dewi Yasin Limpo meminta surat itu (surat asli) dibaca. Padahal, dalam surat tersebut tidak ada kata penambahan (seperti yang diminta Dewi Yasin Limpo). Sebenarnya Hasan tidak mau antar surat itu ke KPU, karena isi surat tak sesuai dengan yang diminta (oleh Dewi Yasin dan Arsyad Sanusi).

"Tetapi Panitera MK memerintahkan Matsuri Hasan dan Nalom Kurniawan, tetap mengantarkan surat asli itu ke Andi Nurpati," ujarnya.

Menurut pengakuan Matsuri Hasan dan Nalom Kurniawan kepada Tim Investigasi MK, lanjut Janedjri, selama perjalanan terus ditelpon dan di-SMS tetapi tidak meresponnya.

Saat tiba di KPU, kantor itu sepi. Matsuri Hasan dan Nalom diberi tahu panitera MK, Zainal Husein, untuk menemui Andi Nurpati di Gedung Jak TV. Namun saat akan berangkat, mereka didatangi Dewi Yasin Limpo bersama seseorang bernama Bambang.

"Dewi Yasin Limpo dan Bambang meminta agar dapat melihat surat panitera MK. Tetapi Nalom keberatan memperlihatkan surat itu. Kemudian Dewi Yasin Limpo menelepon seseorang, kemunkinan Pak Arsyad atau keluarganya. Bahasa yang digunakan bahasa daerah," lanjut Janedjri. Belakangan diketahui, orang yang ditelepon Dewi Yasin Limpo adalah Nesya, putri Arsyad.

Berdalih ayahnya, Arsyad, yang menyuruh agar surat itu harus diberikan pada Dewi, akhirnya Nalom dan Matsuri Hasan bersedia memberikan.

"Handphone Dewi Yasin Limpo diberikan pada Nalom, ketika sudah terhubung ternyata yang berbicara adalah Nesya, putri Arsyad. Dalam percakapannya. Nesya minta agar Dewi bisa membaca surat itu. Akhirnya surat itu diserahkan kepada Dewi Yasin Limpo, karena menurut Nesya itu atas perintah Pak Arsyad," tambahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com