Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Itu Atlet, Bukan Turis!

Kompas.com - 13/06/2011, 19:53 WIB

Salah satu kendala penyelenggaraan TdS adalah ketersediaan hotel di titik-titik finish. Sebagian besar daerah yang menjadi titik finish memang hanya memiliki hotel melati. Terpaksa, tim-tim pun terpecah. Misalnya saat titik finish di Kota Pariaman, beberapa tim menginap di Kota Pariaman sementara itu tim lainnya menginap di Kota Padang.

Namun, menurut Jean, hal tersebut masih dapat dimaklumi karena kondisi yang memang tidak memungkinkan untuk semua tim dan panitia menginap di lokasi yang sama. Hal lain yang ia perhatikan adalah masalah makanan. Jean melanjutkan, makanan yang disajikan terlalu pedas untuk sebagian besar atlet. Hal tersebut diakui oleh beberapa atlet asal Eropa dan Asia. Salah satunya adalah Chan Jae Jang dari Terengganu Pro-Asia Cycling Team, Malaysia.

"Awalnya saya kaget dengan makanannya. Terlalu pedas. Saya sempat sampai muntah dua kali," katanya.

Walaupun Chan mengakui lama-lama jadi dia pun jadi suka makanan khas Minang. Sebagian besar menu makan siang dan jamuan makan malam yang disediakan merupakan makanan khas Minang.

"Ini hal kecil dan bisa diperbaiki dengan mudah. Di antara daerah yang menyajikan makanan untuk atlet, Sawahlunto yang paling bagus," katanya.

Saat jamuan makan malam, Kota Sawahlunto tetap menyediakan menu khas Minang seperti Sate Padang dan Soto Padang. Namun, di meja prasmanan untuk atlet juga tersedia pasta, salad, serta makanan lain yang familiar di lidah orang asing.

Selain itu, pada dua hari terakhir yaitu tanggal 11 Juni dan 12 Juni 2011, etape yang diperlombakan sampai dibagi dua. Ia menjelaskan satu hari cukup satu etape. Karena, lanjutnya, para atlet sudah terlalu lelah untuk sampai menjalani dua etape. Apalagi dua etape dalam satu hari terjadi pada dua hari berturut-turut.

Hal senada diungkapkan Lex, pebalap dari CCN Colossi, Belanda. "Saat hari-hari pertama kami begitu bersemangat untuk bertanding. Tapi di hari-hari terakhir, pikirannya yang penting sampai garis finish. Harusnya cukup satu etape dalam satu hari. Apalagi hari keenam dua etape dan begitu juga di hari ketujuh. Kami sudah terlalu lelah. Kami datang bukan sebagai turis tapi sebagai atlet," katanya.

Di lain sisi, Jean mengatakan semua kota rata-rata sudah siap. "Karena ukurannya pada saat finish line, kalau banyak penonton bisa dibilang sukses. Intinya dalam pertandingan skala besar seperti ini, pada saat finish line harus ada penonton yang ramai," katanya.

TdS berlangsung 6-12 Juni 2011. TdS 2011 melombakan 7 etape dengan jarak total 739,3 km. Rute yang dilewati penuh dengan obyek wisata khas masing-masing daerah. Selain itu, budaya dan kuliner Sumatera Barat juga diperkenalkan kepada peserta TdS.

Kabupaten dan kota yang terlibat antara lain Pemkot Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Limapuluh Kota.

Ajang ini sudah menjadi agenda resmi tahunan Organisasi Balap Sepeda Dunia (Union Cycliste Internationale) bekerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI), serta pemerintah daerah masing-masing kabupaten dan kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com