Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Mangkir, Salah Siapa?

Kompas.com - 11/06/2011, 06:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch mengatakan tidak sepenuhnya ketidakhadiran Nazaruddin dalam pemanggilan Komisi Pemberantasan Korupsi dipolemikkan dan melempar kesalahan pada pihak-pihak tertentu.

Menurutnya, perlu dikritisi juga kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi yang terkesan lamban untuk menjadikan Nazaruddin sebagai saksi. Bahkan ia justru awalnya dijadwalkan pemanggilan kasus lain, bukan kasus dugaan suap Wisma Atlit.

"Kita juga harus mengevaluasi apakah proses penanganan perkara ini (dugaan suap pembangunan Wisma Atlit) di KPK juga efektif. Kalau kita lihat, misalnya penangkapan para tersangka yang tertangkap tangan (Rosa, Wafid dan El Idris) dengan rencana pemanggilan Nazaruddin terlalu jauh jarak waktunya. Sehingga dia punya kesempatan untuk pergi. Sementara tindakan pencegahan dia keluar negeri telat. Ini yang perlu kita kritisi. Ini tanggung jawab KPK juga untuk perbaiki sistemnya. Kalau tertangkap tangan kan harusnya informasinya sudah sangat kuat untuk memanggilnya," papar Adnan di Jakarta Pusat, Jumat (10/06/2011).

Ia menekankan jangan sampai akibat tindakan yang lamban dari KPK untuk mengusut kasus Wisma Atlit ini kemudian menimbulkan tudingan miring terhadap lembaga anti korupsi itu. "Jangan kemudian KPK dituduh karena menjebak atau mengada-ada, karena proses hukumnya kok jadi lamban untuk kasus itu," imbuhnya.

Menjadi pertanyaan lagi, ketika KPK justru mendahulukan Nazaruddin diperiksa dengan kasus di Kementerian Pendidikan Nasional, bukan kasus Sesmenpora yang mengawali namanya menjadi sorotan. "Ini yang menjadi pertanyaan. Biasanya KPK tidak mengekspose pemanggilan-pemanggilan yang sifatnya masih dalam proses penyelidikan. Ini kan tiba-tiba diekspose. Kalau kita lihat kebiasaan-kebiasaan itu. berarti ada sesuatu yang mencurigakan. Dalam sebuah kasus yang masih dalam penyelidikan dilakukan ekspose pada publik. Jangan sampai ini dilakukan hanya untuk menjawab keresahan publik," jelasnya.

Ia berharap tindakan KPK ini bukan bagian dari pengalihan isu atas kasus dugaan Wisma Atlit yang juga mulai surut dari pemberitaan. "Jangan sampai ini menjadi salah satu cara mengalihkan isu dari kasus suap Sesmenpora denga kasus yang lain. Kalau misalnya, dengan mengungkap kasus itu (Kemendiknas) itu bisa mendorong kasus-kasus lain itu enggak apa-apa. Akan sangat menarik, itu sangat bagus," kata Adnan.

Adnan berharap kinerja dalam internal KPK bisa diefektifkan kembali sehingga tidak terperosok maupun ditekan oleh pihak-pihak di kanan kirinya. "KPK seperti terombang-ambing. Mereka harus punya keputusan yang kuat," tukas Adnan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Nasional
    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Nasional
    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    Nasional
    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Nasional
    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    Nasional
    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Nasional
    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Nasional
    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Nasional
    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    Nasional
    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Nasional
    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Nasional
    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Nasional
    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com