Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habibie: Di Mana Pancasila?

Kompas.com - 01/06/2011, 11:29 WIB

JAKARTA, KOMPAs.com - Presiden ke-3 RI Baharuddin Jusuf Habibie mempertanyakan keberadaan Pancasila pada sekarang ini. Dalam pidato yang disampaikannya pada Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Rabu (1/6/2011), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, ia mengungkapkan, tidak melihat Pancasila benar-benar diamalkan oleh komponen bangsa Indonesia.

"Enam puluhh enam tahun lalu, tepat 1 Juni 1945, di depan sidang yang mengusahakan kemerdekaan bangsa Indonesia, Bung Karno menyampaikan pandangannya mengenai dasar-dasar negara dengan istilah Pancasila sebagai filosofi bangsa. Sejak tahun 1998, kita memasuki reformasi. Di satu sisi, kita sambut fajar demokrasi. Namun bersamaan dengan itu ada sebuah pertanyaan mendasar. Di manakah Pancasila kini berada? Pertanyaan ini penting," seru Habbie dengan lantang.

Habibie banyak menggunakan istilah dalam bahasa Belanda dan Jerman dalam pidatonya itu. Menurutnya, saat ini Pancasila tengah tersandera dalam lorong yang sunyi. Hal ini, lanjutnya,  disebabkan oleh proses globalisasi dalam berbagai aspek. Selain itu, dalam pandangannya, penuntutan hak asasi manusia tak diikuti dengan pelaksanaan kewajiban asasi manusia.

"Terdapat perkembangan hak asasi manusia yang tidak diimbangi dengan kewajiban asas manusia. Harusnya diimbangi dengan kewajiban. Selain itu, nilai Pancasila menjadi pudar karena lonjakan pemanfaatan teknologi informasi. Informasi amat berpengaruh dalam bangsa ini, tapi juga rentan terhdaap manipulasi informasi," imbuhnya.

Ia mengatakan, hilangnya Pancasila menyebabkan munculnya berbagai tindakan radikalisme dan kekerasan atas nama suku, agama, ras, budaya dan afiliasi politik. Menurutnya, kekerasan atas nama agama yang paling sering terjadi, akibat sikap melupakan Pancasila sebagai dasar negara.

"Reformasi telah terjadi di segala bidang, akan tepat jika kita renungkan kembali nilai-nilai Pancasila. Di bangsa yang majemuk ini justru semakin terlihat tumbuh radikalisme, kekerasan yang mengatasknamakan agama yang marak terjadi. Sikap intoleransi dan kekerasan dalam menyelesaikan perbedaan menjadi kontraproduktif dengan bangsa kita yang multikultural. Tindakan teror menunjukkan budaya semakin tipis dan luluhnya Pancasila dalam menghargai perbedaan," tutur Habibie.

Habibie mengajak semua tokoh masyarakat, kaum cendikiawan dan rakyat Indonesia untuk kembali menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang dinilainya telah terkikis. Ia beharap ada ruang publik yang dibuka untuk membuka komunikasi yang yang luas diantara masyarakat, agar perbedaan tak menjadi halangan bagi bangsa untuk maju. "Saya yakin, meski pun kita berbeda suku, agama, budaya serta afiliasi politik, tapi kalau kita mau bekerja keras untuk memperjuangkan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945, dan NKRI kita akan menjadi bangsa yang kuat," ujarnya.

Di akhir pidatonya, Habibie langsung disambut standing applause dari seluruh peserta yang hadir di ruangan tersebut. Ia kemudian turun dari podium dan menjabat tangan dan berpelukan dengan seluruh petinggi negara yang duduk di barisan depan termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Turut hadir dalam peringatan ini, diantaranya, Wakil Presiden Boediono, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, serta para mantan Wakil Presiden, seperti Jusuf Kalla dan Try Sutrisno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

    KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Gus Muhdlor Senin Hari Ini

    Nasional
    Jasa Raharja Santuni Seluruh Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

    Jasa Raharja Santuni Seluruh Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang  

    Nasional
    Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

    Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Soal Waktu, Komunikasi Tidak Mandek

    Nasional
    Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

    Bus Rombongan Siswa SMK Terguling di Subang, Kemendikbud Minta Sekolah Prioritaskan Keselamatan dalam Berkegiatan

    Nasional
    Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

    Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

    Nasional
    Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

    Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

    Nasional
    Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi 'King Maker' atau Maju Lagi

    Serba-serbi Isu Anies pada Pilkada DKI: Antara Jadi "King Maker" atau Maju Lagi

    Nasional
    Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

    Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

    Nasional
    Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

    Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

    Nasional
    Pemerintah Saudi Tambah Layanan 'Fast Track' Jemaah Haji Indonesia

    Pemerintah Saudi Tambah Layanan "Fast Track" Jemaah Haji Indonesia

    Nasional
    Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

    Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

    Nasional
    Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

    Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

    Nasional
    Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

    Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

    Nasional
    Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

    Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

    Nasional
    Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

    Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com