Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ideologi Pancasila Bukan Frasa Mati

Kompas.com - 27/05/2011, 02:53 WIB

Rindu

Kerinduan akan hadirnya ideologi bisa dibaca dari antusiasme publik untuk mengembalikan Pancasila sebagaimana diungkapkan hampir semua (95,7 persen) responden. Mereka memandang Pancasila perlu dipertahankan keberadaannya sebagai ideologi negara. Sebanyak 91,6 persen responden juga masih percaya Pancasila adalah ideologi paling baik bagi bangsa Indonesia.

Meski demikian, apakah mengembalikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari akan mampu mengatasi berbagai persoalan karena terasa melunturnya persatuan, keadilan sosial, dan gotong royong? Dalam pandangan responden memang tecermin adanya kekhawatiran cukup tinggi terhadap melemahnya persatuan dan kesatuan Indonesia. Gejala yang sama juga dapat dibaca dari tren penurunan toleransi antarumat beragama.

Pada umumnya silang pendapat yang terjadi akhir-akhir ini mengarah pada satu kesepakatan, yaitu perlunya mengembalikan Pancasila, tetapi belum menjadi debat yang memiliki kandungan substansial. Umumnya pertanyaan yang muncul adalah perlukah Pancasila dibangkitkan kembali dan menjadi pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia saat ini.

Padahal, sisi paling penting dari debat ideologi seharusnya adalah rumusan ideologi seperti apa yang paling cocok sebagai landasan hidup bangsa Indonesia saat ini dan ke depan, bukan masa lalu.

Bukan frasa mati

Kesalahan mendasar dari debat ideologi adalah menganggap ideologi Pancasila sebagai frasa mati yang bisa diambil begitu saja dari masa lalu dan dihadirkan ke dalam situasi saat ini. Kecenderungan ini menempatkan ideologi terpisah dari konteks sosial politik dan tujuan yang melahirkannya.

Kekuatan ideologi dalam proses pembentukannya sangat terkait dengan tujuan besar yang ingin dicapai sebuah bangsa. Ketika zaman prakemerdekaan, Pancasila, terutama Sila Persatuan dan Kesatuan Indonesia (atau Kebangsaan), menjadi bagian sangat penting ditonjolkan untuk mengganyang imperialisme. Kebangsaan Indonesia menjadi frasa yang hidup karena dikaitkan dengan satu tujuan: merdeka.

Kemudian, pada masa awal kekuasaan Soeharto, Pancasila-lah yang pertama kali dipancangkan untuk menandai dimulainya Orde Baru. Pancasila menjadi ideologi terdepan yang dipakai sebagai palu godam untuk tujuan mengganyang komunisme dan lawan-lawan politik rezim baru. Namun, dengan lanskap itu pula sebuah bangsa sesungguhnya sedang diarahkan, tahap demi tahap. Mereka yang mencoba berada di luar jalur akan dicap ”anti-Pancasila”. Ideologi menjadi sesuatu yang menakutkan dan menuntut kepatuhan, tetapi bergerak dalam satu tujuan. Dengan demikian, ada sisi dilematis ketika rezim sekarang hendak mengembalikan atau menggunakan kembali Pancasila sebagai ideologi utama.

Tanpa rumusan jelas tentang tujuan besar yang ingin dicapai saat ini, tentang arah yang hendak dituju oleh sebuah bangsa, menghidupkan ideologi Pancasila tidak akan memiliki pengaruh kuat. Karena itu, penggalian subtantif terhadap Pancasila dengan melibatkan semua pemangku kepentingan serta mencari referensi secara akademis akan menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang dapat diterima secara rasional. (BAMBANG SETIAWAN, Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com