Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hayat, Calon "Pengantin" yang Kini Buron

Kompas.com - 19/05/2011, 16:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian masih memburu lima terduga teroris terkait aksi bom bunuh diri yang dilakukan M Syarif di Masjid Adz-Dzikro di Markas Polres Kota Cirebon, Jawa Barat, pada 15 April 2011, dan teror bom di gereja serta kantor polisi di Klaten, Jawa Tengah. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengungkapkan, buronan pertama yakni Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Rajardjo alias Achmad Abu Daud. Dia berperan sebagai perencana sekaligus perakit bom bunuh diri di Cirebon.

"Yang bersangkutan siap berjihad melakukan aksi bom bunuh diri seperti M Syarif (calon pengantin)," kata Anton saat jumpa pers di Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/5/2011).

Buronan kedua, lanjut Anton, yakni Beni Asri. Dia berperan untuk menyembunyikan para pelaku teror bom di Klaten serta membawa dan menyembunyikan sisa bom yang dibuat kelompok Tauhid Wal Jihad yang dipimpin oleh Sigit Qurdowi. Kelompok mereka telah merakit 22 bom pipa. Sebanyak 15 rangkaian bom di antaranya belum ditemukan.

Buronan ketiga adalah Heru Komarudin. Dia merakit bom bersama Syarif. Buronan keempat yakni Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut. Dia melatih para tersangka untuk merakit bom.

"Buronan terakhir yakni Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay alias Yadi. Dia menyembunyikan pelaku bom Klaten," papar Anton.

Seperti diberitakan, Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap 13 tersangka yang terlibat dalam aksi teror, yakni A Basuki, Arief Budiman, Andri Siswanto, Mushola, Ishak Andiana, Edy Triwiyanto, Ari Budi Santoso, Hari Budiarto, Jahim, Dzulkifli Lubis, Eko Ibrahim, Mardiasyah, dan Arifin.

Dari kelompok mereka, tiga orang tewas, yakni Syarif (pelaku bunuh diri) serta Sigit dan Hendro (tewas dalam baku tembak di Sukoharjo, Jawa Tengah).

Anton mengatakan, mereka mendapatkan pelatihan merakit bom dari Shogir alias Heri Sigo Samboja alias Neril, terpidana terkait kepemilikan komponen bom, senjata api, dan amunisi. Shogir bergabung dengan kelompok Abdullah Sunata, murid Dr Azahari.

Selain belajar merakit secara berkelompok, lanjut Anton, mereka juga belajar secara perorangan. Fakta itu berdasarkan barang bukti yang ditemukan seperti dokumen tentang teori membuat bom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com